R 3 (Sidang)

8.4K 713 100
                                    

Jangan lupa vote dan komen untuk next parnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen untuk next parnya

Happy Reading

Salam dari Shine
.
.
.
.


Shine mengumpat kesal sambil berjalan keluar sekolah menuju jalan raya. Seharusnya ia mengiyakan tawaran gamma untuk mengantarnya pulang terlebih dahulu sebelum cowok itu ke kantor. Karena sore ini ada meeting dengan klien yang harus gamma hadiri. Namun shine malah menolak, ia khawatir gamma akan kelelahan dan terlambat jika harus bolak balik. Shine lebih memilih untuk pulang bersama rigel. Dan itu adalah pilihan yang salah.

Ternyata rigel tidak bisa diandalkan. Padahal shine sudah mengajaknya pulang terlebih dahulu dan cowok itu mengiyakan. Namun rigel malah mengantarkan pulang teman cewek sekelasnya yang katanya sedang sakit. Parahnya, rigel tidak memberitau shine, hingga membuat shine harus menunggu rigel selama tiga puluh menit didepan kelasnya. Saat shine menelfon ternyata rigel sudah ada dijalan, terbukti dari suara kendaraan yang saling bersautan. Mungkin waktu tiga puluh menit itu sebentar, namum hari ini shine ada pemotretan jadi waktu tiga puluh menit sangat berharga untuk ia gunakan istirahat. Dan yang menjengkelkan lagi, langit sedang mendung. Sebentar lagi sepertinya akan hujan. Dan shine menjadi cemas.

Dengan wajah merengut kesal shine berdiri di halte bus depan sekolah. Ia sedang menunggu taxi namun karena sekarang sudah berbarengan dengan jam pulang kerja, jadi jalanan mulai ramai dan kendaraan umum juga penuh penumpang.

CTARRRRR!!

Shine menutup telinganya dan matanya erat erat saat petir mulai terdengar saling bersahutan. Inilah yang ia takutkan. Dengan gemetar shine mengambil ponselnya. Berniat untuk menghubungi rumah agar salah satu supirnya dapat menjemput shine. Namun baru ia menyalakan layar ponselnya petir kembali terdengar.

"Aakhhh" jerit shine terkejut. Ia langsung terduduk di halte itu dengan masih menutup telinga dan matanya erat. Tak ada siapapun disana. Dan sekolah juga mulai sepi, tinggal siswa siswi yang sedang kegiatan ekstra kulikuler saja.

"Hiks bunda..." isakkan shine mulai terdengar. Ia memang gadis yang slengean, brutal dan bar bar. Namun shine benar benar takut suara petir. Ingin rasanya ia segera pulang, dan bersembunyi dibalik selimut hangatnya.

"Lo kenapa?" Shine langsung membuka matanya dan menatap seseorang yang berdiri menjulang dihadapannya dengan sebelah tangan memegang bahunya. Air mata shine lolos dan membasahi pipinya.

"Ta.. takut" ucap shine bergetar.

"Kenapa? Ada yang jahatin lo? Habis diapain? Dicopet?" Tanya batra memberondong pada shine. Namun shine menggeleng pelan.

"Gu.. gue takut pe..- Akkhhh" jerit shine lagi saat petir kembali menyambar. Shine semakin menangis dan entah dari mana, kenapa, bagaimana batra punya inisiatif untuk memeluk shine yang duduk di kursi halte dan menangis histeris.

4. ReTed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang