Empat belas.

6.3K 846 19
                                    

Early publish!
Efek sedang berbahagia aja ni🤣
Mulmed, tangan yang berhasil membuat saiya jejeritan><

Enjoy!
Gak boleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.
.
.

"Kenapa sih liatin tangan gue gitu banget?" Tanya Chenle gemas.

Saat ini keduanya tengah bersantai diruang tv, dirumah Rani.

Mereka udah makan siang, jadi yaa sekarang santai aja udah.

Rani udah selesai baca novel, abis satu novel. Chenle sih ngegame.

Dan sekarang Rani bosan, lagian mata nya juga harus istirahat, dia gak bisa terus terusan baca karna matanya suka perih kadang.

Mereka duduk deketan, tumben.

"Suka sama tangan lo." Jawab Rani santai sambil elusin tangan Chenle yang sibuk ngegame, tanpa mengganggu geraknya tentu.

"Suka orang nya gak?" Goda Chenle yang menengok sekilas pada gadis yang berada disebelah kirinya sebelum kembali menatap layar ponselnya.

Rani memukul pelan punggung tangan Chenle. Apa coba nanya kaya gitu.

"Gak!" Sahutnya.

Chenle tertawa.

Melepas tangan kirinya dari ponselnya, lalu menarik Rani agar bersandar di dadanya.

"Dah diem. Liatin gue ngegame nih, jago kann!" Kata Chenle bangga.

"Gue rusuhin boleh gak?" Tanya Rani mulai iseng dengan jarinya yang ngeswipe asal ayar ponsel Chenle.

"Ihh nanti gue kalah!" Amuk Chenle sambil ngejauhin ponselnya dari jangkauan Rani.

"Bagus lah kalo kalah." Ledek Rani yang masih berusaha iseng.

"Diem atau gue cium!" Ancam Chenle.

"Emang berani?" Tantang Rani yang saat ini menarik narik lengan Chenle.

"Oh nantangin?" Tanya Chenle dengan smirk nya.

Chenle meletakkan asal handphone nya, lalu beralih menatap ke arah Rani. Dan mulai mendekatkan wajahnya pada Rani.

'Mati gue!' Batin Rani.

Berusaha kabur tapi jelas tertahan oleh Chenle, mengingat dirinya masih berada didalam rangkulan Chenle.

"Aaaaa, jangan macem macem!" Jerit Rani lalu memukul asal muka Chenle yang berada didepan mukanya.

"Ihh sakit pipi gue lo pukul." Keluhnya.

"Sapa suruh macem macem." Sahut Rani.

"Tanggung jawab ih sakit!" Rengek Chenle.

"Gak mau, wlee." Sahut Rani sambil menjulurkan lidahnya.

"Cepetannn!" Tuntutnya lagi.

Akhirnya Rani elus pelan pipi Chenle yang abis jadi korban pukulannya.

"Gak berasa, masih sakit." Keluh Chenle.

"Dih udah di elusin juga!" Sahut Rani kesal masih dengan mengelus pipi lelaki didepannya.

"Cium!" Seru Chenle.

Rani mendelik menatap lelaki didepannya ini. "Gak!"

"Berani berbuat harus berani tanggung jawab! Sapa suruh malah mukul." Kekeuh Chenle.

Rani memutar malas kedua bola matanya. Emang dasarnya modus aja nih si Chenle.

Akhirnya Ia pasrah, mengecup singkat pipi lelaki didepannya itu.

"Dih bentar banget." Protes Chenle.

Rani menatap Chenle tajam. "Udah syukur gue mau tanggung jawab!" Sungutnya.

Chenle tertawa ringan, lalu mengecup singkat pipi gadis didepannya. "Biar adil."

Rani diam terpaku, pipinya bersemu merah.

"Cie blushing!" Goda Chenle, seraya berdiri dan segera kabur ke arah dapur.

"Dasar nyebelin!" Teriak Rani, masih dengan rona merah di kedua pipinya.

Dan hanya terdengar suara tertawa Chenle, yang perlahan hilang dibalik dinding dapur.

.
.
.
.
.
.
.
-tbc-

Malem minggu, mana jomblo ya kan.
Mending halu!🌈
Sapa tau nanti publish lagi saiya🙂🤣

Jakarta, 04 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang