Sembilan.

7.3K 1K 77
                                    

Asek pagi pagi publish!
Have a good day everyone🌈

.
.
.
.

Enjoy!✨
Gak boleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.

"Ran bosennn." Rengek Chenle.

Sudah kelima kalinya Chenle merengek seperti itu.

Sedangkan orang yang diajak bicara tengah sibuk dengan novel nya.

Tadi Chenle bermain dengan Fizzle, namun sekarang ular phyton itu tengah tertidur.

Chenle juga sudah main pubg tiga kali, dan selalu menang.

Sekarang Ia bosan, dan orang yang berada disebelahnya mengabaikannya.

Kalau Chenle rebut novelnya, jelas Rani akan marah. Hal itu pernah terjadi dimasa pdkt mereka, dan Chenle menyesal melakukannya.

Akhirnya Ia cuma bisa pasrah.

Hingga sebuah ide terlintas dikepalanya.

Chenle merapatkan dirinya pada Rani, dan menarik gadis itu agar bersandar di dada nya. Dan Ia merangkulnya. Memainkan pipi chubby Rani, menekan, menarik, dan sebagainya.

Rani nya? Biasa aja. Selama novelnya tidak hilang dari pandangannya, Ia tidak peduli dengan sekitar.

"Selesai!" Pekik Rani girang sembari menutup novelnya.

Seketika Ia terheran, kok ada tangan diatas perutnya? Kok kepalanya terasa berat? Kok Ia merasa hangat?

Akhirnya Rani tersadar. Chenle tidur, dengan posisi tangan kanan memeluknya. Dan kepala yang tersandar diatas kepalanya.

"Gue baca selama itu ya? Duh kasian.." Gumam nya pelan merasa bersalah.

Perlahan Rani bangkit dari dada Chenle. Membenarkan posisi duduknya, yang justru membuat kepala Chenle bersandar dipundaknya dengan kedua tangan Chenle yang melingkar erat di perutnya.

Rani membiarkannya. Mengingat Ia sendiri juga bersalah karna mendiamkan Chenle terlalu lama.

Rani mengusap pelan kepala Chenle yang berada dipundaknya.

Hingga 30 menit setelahnya, tepat pukul 13.30 Rani membangunkannya perlahan.

"Lee.. bangun yuk. Rani mau masak makan siang." Katanya pelan dengan menepuk pelan pipi Chenle.

Perlahan Chenle membuka matanya. Memaksimalkan cahaya yang masuk pada pupilnya, mengumpulkan kesadarannya.

Hingga akhirnya Ia kaget dan langsung duduk tegak.

"Astaga maaf ya Ran. Lele gak bermak-.." Belum selesai berbicara, Rani sudah memotongnya.

Gadis itu menggeleng sambil tersenyum, juga mengelus pelan lengan Chenle.

"Gakpapa. Gue juga minta maaf udah nyuekin lo daritadi." Kata Rani. "Gue masak makan siang dulu ya, tunggu sini." Sambungnya, lalu pergi meninggalkan Chenle.

Sepeninggalan Rani, Chenle sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Pantes tidur gue nyenyak, tenang banget. Ternyata dijagain sama pemilik hati." Gumamnya pelan, lalu tersenyum lebar.

.
.
.
.
.
.
-tbc-

Jakarta, 03 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang