Lima puluh tujuh.

2.3K 339 103
                                    

Hai!
Mampus w update tengah malem haha.
Lagian sih jahat bat mau nyantet.
Canda tet~
Dah nih baca ya, bagi yang masi idup jam segini.
Vote komen jangan lupa, gua azab lu pada!
Timbang pencet bintang aja susah amat~

.
.
.
.
.
.
.
.

Rani mengurung diri di kamarnya sejak semalam.

Setelah Chenle yang tiba tiba menyapa nya di saat dirinya tengah mengitari restoran itu semalam.

Rani memang tengah kembali mengenang memori terakhirnya empat tahun lalu, namun Ia tidak menyangka jika Chenle berada disana juga.

Terlebih ada hal yang membuat Rani juga kesal hingga nangis semalaman, hingga Ia tidak tidur.

Ternyata Doy selama ini membantu Chenle.

Rani hanya tidak menyangka jika lelaki itu ternyata juga memihak Chenle.

Dan Rani kecewa sekarang.

Di kepala nya masih terbayang bagaimana Chenle yang tiba tiba menampakkan dirinya semalam.

"H-hai, apa kabar Ran?"

Tentu membuat Rani terkejut, langsung membalik badannya melihat siapa sosok yang menyapa nya.

Dan benar saja, lelaki itu Chenle. Rani masih hapal dengan suara lelaki itu.

Dilihat nya lelaki itu tersenyum kaku, Ia gugup.

Begitu juga Rani yang.. Entahlah, ada rasa ingin memeluk tapi juga memarahinya diwaktu yang sama.

"Kenapa?"

"Kenapa baru sekarang?" kata Rani pelan dengan nada bergetar.

Jujur saja, Rani tidak siap bertemu Chenle saat ini.

Chenle berjalan mendekat kearahnya, yang mana jelas Rani ikut bergerak mundur.

"Jangan mendekat!" jeritnya, yang sama sekaki tidak ditanggapi oleh Chenle.

Lelaki itu terus berjalan kearah Rani, hingga akhirnya punggung Rani menabrak kaca besar di belakangnya.

"Please stop."

Pertahanan Rani runtuh, gadis itu menangis sekarang, bahkan perlahan Ia terduduk di lantai sembari menunduk juga menutupi wajahnya.

Chenle berusaha menahan tubuh Rani, namun justru perlakuannya membuat Rani menjerit.

"Please dont touch me, go away.." katanya dengan tangis yang makin menjadi.

Hingga akhirnya Doy datang, dan membawa Rani pergi dari sana.

Rani kira setelah dirinya dibawa pergi oleh Doy semua akan baik baik saja. Ternyata tidak.

Lelaki itu, Doy, justru menceritakan segalanya, sekaligus meminta maaf.

Mengumbar rahasia yang selama ini Ia tutupi dari Rani.

Soal Chenle yang menyewa mata mata untuk memantau Rani bahkan sejak Rani ke Paris, soal bagaimana Doy melabrak mata mata itu, dan tentu juga soal Chenle yang mendatanginya seminggu sebelum salju pertama yang mereka lewati bersama.

Juga soal malam ini, yang mana Doy merencanakan agar Chenle bisa menemui Rani.

Dan sekarang lelaki itu menyesal begitu melihat bagaimana tangis Rani saat ini, yang mana sudah tidak pernah Rani perlihatkan pada Doy dua tahun kebelakang.

Rani sudah tidak menangis pagi ini, matanya sembab, tapi Ia juga tidak tidur.

Hingga sebuah ketukan menyadarkan lamunannya.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang