Enam belas.

5.9K 746 63
                                    

Kepo gak sih kalean gimana awal dari jauh jauhannya Rani sama Chenle?
Nih gue kasih tau.
Gaje kayanya, tapi yaudah lah baca aja.
Btw ini relate sama kehidupan saiya🙂
Enjoy!✨
Gak boleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.
.
.

"Lo apain Rani? Hari ini dia gak masuk. Terus tadi gue kerumah nya mata dia sembab banget." Kata Lala.

Saat ini Ia dan Jisung tengah menemui Chenle, dirumahnya.

Chenle juga tidak masuk sekolah ternyata.

"Semalem dia nelpon gue. Gak ngejelasin apa apa, cuma nangis. Dan gue tau kemaren lo abis ketemu dia kan? Karna sebelumnya dia cerita sama gue." Jelas Lala.

Chenle masih terdiam. Ia bingung harus menjelaskan darimana.

Sedangkan Jisung menenangkan gadis yang berada disebelahnya, yaitu pacarnya.

"Gue gak menghakimi lo. Cuma gue butuh kejelasan disini." Sambung Lala agak jauh lebih tenang sekarang.

Chenle menggangguk paham. Ia menghela nafas sesaat sebelum akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kemarin sore. Gue ngajak Rani ketemu di taman deket rumahnya. Niat gue mau nembak dia. Tapi.."

.
.

Flashback.

Rani tengah duduk disalah satu bangku, ditaman yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Chenle mengajaknya bertemu.

Jujur Ia senang, karna Ia merindukan lelaki itu.

Ya meski pun Rani bukan siapa siapa nya Chenle. But everyone can see, jika Chenle jelas menyukainya. Begitu juga dirinya.

Rani yang daritadi tersenyum membayangkan jika Chenle akan menyatakan perasaannya dan meminta nya menjadi pacarnya seketika musnah.

Dikala seorang wanita duduk tepat disebelahnya.

"Kenalin, gue Vena. Temen sekelas Chenle, sekaligus pacarnya." Kata gadis itu.

Rani menatapnya kaget sekaligus tidak percaya.

Seolah bisa membaca ekspresi yang ditunjukkan oleh Rani, gadis itu kembali berkata.

"Gue tau lo pernah deket sama Chenle. Tapi sekarang, dia pacar gue. Sebagai sesama perempuan, hargai gue sebagai pacarnya. Jangan deketin Chenle lagi." Peringat nya.

Hingga akhirnya panggilan dari Chenle menyadarkan Rani.

Dengan segera Vena merangkul lengan lelaki itu. Chenle sendiri kaget namun sebelum Ia berhasil menjelaskan, Rani sudah mendahuluinya.

Rani menatap dua orang didepannya dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia menahan tangis nya, namun disaat bersamaan juga tersenyum.

"Thanks Ven. Berkat lo, gue sadar apa yang harus gue lakuin. Jaga Chenle ya." Ujarnya lalu pergi meninggalkan dua manusia tersebut.

Vena tersenyum penuh kemenangan. Merasa rencananya berhasil.

Chenle yang kebingungan langsung berusaha melepaskan rangkulan Vena di lengannya. Namun jelas perempuan itu menahannya.

"Lo ngomong apaan ke Rani hah?!" Seru Chenle.

Vena tersenyum, "cuma bilang kalo lo pacar gue, dan jangan deketin lo lagi."

Chenle melotot menatap gadis menyebalkan yang masih merangkul lengannya itu.

"Sejak kapan gue nembak lo? Jangan harap!" Kata Chenle, akhirnya berhasil melepas rangkulan Vena.

"But she's believe me, right?" Tanya Vena dengan menampakkan smirk nya.

Chenle menatap tajam perempuan yang berada didepannya saat ini. Menahan diri untuk tidak memukulnya tentu.

"Apa tujuan lo?" Tanya Chenle.

Vena tersenyum samar.

"Ngancurin Rani." Jawabnya tenang.

"Jelas gak akan gue biarin." Sahut Chenle tegas.

"Then, don't you ever gettin' close again with her. Just stay with me."

.
.
.
.
.
.
.
-tbc-

Jakarta, 05 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang