Empat puluh lima.

2.8K 410 147
                                    

Alooo~
Cie update mendahului. Sengaja..
Enjoy yaa!
Bersiap dgn keuwuan lagi.
Dah.. Rf mao kelas.
Hope you like it, jan lupa votement sblm anda terkena mantra rahasia dr cerita ini.
Udah? Thank you!❤️
Inget, gaboleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.
.
.
.
.

Jadi sekarang mereka sudah kembali ke Jakarta. Pukul 11 siang tadi lebih tepatnya.

Dan bertepatan dengan Rani yang didatangi tamu bulanannya.

Astaga..

Chenle harus siap siaga nih!

Rani lagi gak pms aja moody banget, gimana kalo pms coba.

Yaa kalian tau deh ya.

"Lee.."

"Kenapa sayang? Kamu laper? Perut nya sakit? Kamu bosen? Mau keluar? Apa mau ngemil? Aku ambilin ya di dapur."

"Ihh aku belom selesai ngomong."

"Oh iyaa.. maaf ya sayaang. Jadi, kenapa?"

"Gatau ah lupa. Sebel."

Nah loh Rani nya sebel.

Mana langsung duduknya ngebelakangin Chenle gitu.

"Sayang."

"Sayang maaf."

"Maafin aku.."

"Sayang.."

Namun tidak ada respon.. kasian Chenle.

Akhirnya Chenle memutuskan untuk berdiri dan pindah posisi agar bisa melihat Rani nya.

Dan ternyata..

Rani nya tidur.

Chenle tersenyum melihatnya.

Emang Rani tuh kebiasa gitu kalo lagi pms. Kalo sakit, ya tidur. Kalo makin badmood juga tidur. Gak mau ribet anaknya tuh.

Tapi.. kan biasanya perutnya harus di kompres.

Dan bener aja, setelahnya Rani bergerak sedikit tidak nyaman disertai ringisan menahan sakit.

Untungnya Chenle telah menyiapkan water bag berisikan air hangat seperti biasa.

Chenle menggendong Rani ala bridal style agar mempermudah dirinya membawa Rani ke kamar, tak lupa meletakkan water bag diatas perutnya.

Sesampainya di kamar dan setelah membaringkan Rani di ranjang, Chenle memiliki masalah lain.

Biasanya, Rani mengompres perutnya terlebih dahulu barulah tidur. Dan Ia bisa memasukkan water bag nya kedalam baju, dengan alasan agar hangat nya lebih berasa gitu.

'Ya masa gue masukin sih.. yakali gue buka buka astaga.'

Setelah beberapa detik terdiam sambil memikirkan cara agar Ia bisa menghangatkan perut Rani tanpa perlu meletakkan waterbag nya kedalam baju, Chenle mendapat solusi yang mungkin lebih baik.

Chenle ikut berbaring disebelah Rani, dan menghadap kearahnya.

Ia meletakkan tangan nya diatas waterbag, seolah memeluk Rani, guna menahan water bag tersebut dan dapat menjalarkan rasa hangat ke perut Rani. Tentunya tanpa perlu Ia membuka baju Rani.

'Biar deh tangan gue ikutan anget, yang penting Rani gak kesakitan.'

Setelah memastikan Rani nyaman dan dapat tidur dengan tenang, Chenle juga ikutan tidur gaes.

Mayan kan bisa tidur, mana masih cape juga.

"Sleep well, sayang."

.
.
.
.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang