Empat puluh sembilan.

2.4K 337 158
                                    

Alooo!~
Rf kembali membawa update-an!
Cieee pada kepo.
Mau ingetin lagi dari sekarang, ini awal dari problematika yang akan menghadiri Rani dan Chenle.
Idk ini bakal mainstream apa engga, atau bahkan udah kalian tebak tebak.
Tapi Rf bakal tetap usahakan bakal bikin kalian makin kepo di tiap akhir part🤣
Selamat berkepo ria kalean, dan menebak nebak apa yang bakal terjadi.
Cerita ini belum end.
Bisa jadi akan Rf persingkat, bisa jadi akan diperlama.
Enjoy kalian!
Support Rf dengan vote dan komen, apapun itu.
Silahkan berteori ria dikolom komen, Rf baca smua kok wkwk.
Inget, gak boleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah seminggu Chenle kembali ke China bersama Papi nya.

Dan tidak mengabari Rani sama sekali.

Ini adalah hari kedua kembali bersekolah setelah libur akhir tahun.

Rani menuruni tangga dan berjalan kearah dapur sendirian.

Sesampainya di dapur, Ia disapa oleh maid yang telah menyiapkan toast untuk Rani beserta segelas susu coklat.

Rani sarapan di temani oleh maid nya. Sambil sesekali Rani mengajaknya ngobrol, dan maid itu juga bertanya Rani ingin makan apa nanti selepas pulang sekolah.

Papa Rani telah kembali sibuk dengan pekerjaannya. Namun tetap memastikan agar Rani tetap aman. Dengan memberi satpam dirumah, juga supir untuk Rani. Padahal Rani bisa menyetir sendiri.

"Terima kasih sarapannya, Rani pergi dulu."

Setelah menghabiskan susu dan toast nya, Rani berjalan keluar menuju carport.

"Pagi Pak Niko, yuk berangkat."

Sudah menjadi kebiasaan Rani setiap harinya untuk menyapa dan mengucapkan terima kasih pada pekerja yang ada dirumahnya itu.

Jadi kemarin sebelum Papa nya melarikan diri pada kesibukannya, Rani dan beliau berdebat. Ya tentu saja soal Rani yang ke sekolah mau nya naik bus seperti dulu tapi tidak diperbolehkan.

Rani lebih suka naik transportasi umum. Hanya karna isi garasi rumahnya hanya lah Ferrari, Porsche, dan BMW. Rani malas jadi perbincangan warga sekolah, mengingat smua mobil yang ada hanya memiliki dua pintu. Juga Ia yang malas menyetir sendiri.

Setelah Rani menyetujui jika Papa nya akan mencarikannya supir, terjadilah perdebatan tahap dua.

Mobil apa yang akan digunakan untuk mengantar-jemput Rani.

Awalnya sang Papa langsung berniat membelikannya Alphard, yang jelas ditentang oleh Rani.

Katanya, 'gila mobil segede gaban gitu, gak!'.

Dan pada akhirnya Rani menyetujui usulan Papa nya jika beliau membeli honda freed saja.

Tapi tentu disertai gerutuan dari Papa nya itu.

Katanya, 'mobil apa sih itu elah'.

Menurut Rani honda freed sudah terkategorikan bagus dan Ia tidak akan jadi bahan perbincangan disekolah.

Rani sampai sekolah masih terbilang cukup kepagian.

Jam 5.50 termasuk kepagian bukan?

Tapi tentu sudah ada beberapa anak yang berkeliaran.

Dan setiba nya Ia di kelasnya, baru lah Ia sendirian.

Akhirnya Rani menyibukkan dirinya dengan membaca materi yang ada di pelajaran hari ini, bahkan kadang Ia menjawab soal soal yang Ia temukan nantinya. Tak lupa memasangkan airpods di telinganya.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang