Tujuh belas.

5.9K 758 28
                                    

Pengen publish aja..
Enjoy!🙂

.
.
.
.
.
.

"Bagusan yang merah Ran." Seru Chenle.

Saat ini Rani, Chenle, juga Lala dan Jisung sedang berada di toko perlengkapan bayi.

Ya, sesuai perkataan Lala dan Rani tadi. Mereka benar benar akan mengunjungi Istri Pak Taeil yang telah melahirkan.

Lala dan Jisung menatap gemas dua makhluk didepan mereka. Siapa lagi jika bukan Rani dan Chenle.

Mereka berdua tengah berebut menentukan warna apa yang cocok untuk kado si bayi.

Lala sama Jisung sih kebagian beliin buah sama bawain bunga gitu. Aman mereka mah.

"Tapi merah tuh warna buat cowo, Le!" Sahut Rani.

Jadi masing masing dari mereka memegang satu box baby set gitu. Mulai dari mangkuk bubur, botol minum, dan sebagainya.

Dan Rani memilih baby set yang berwarna biru muda. Sedangkan Chenle memilih warna merah.

"Lo cewe, lo suka warna merah. Jadi gak masalah dong!" Kekeuh Chenle.

"Ya tapi kan biru lebih netral, masuk kemana aja mau cewe atau cowo!" Balas Rani tak mau kalah.

"Merah, Rani."

"Biru aja, Chenle."

"Merah pokonya!"

"Biru ihh!"

"Me-..."

"Debat teross sampe besok!" Sindir Jisung.

"Gue tinggal nih ya lo berdua!" Ancam Lala.

"Tapi bagusan merah - biru." Sahut keduanya tumpang tindih.

Lala menghela nafas kasar.

Jisung menggelengkan kepalanya.

"Biar adil, gue sama Jisung pilih yang kuning!" Kata Lala final.

Jisung mengangguk, "lagian bayi baru lahir gak ngerti nama warna. Gak usah ribut deh!" Sahutnya.

Akhirnya Lala dan Jisung mengambil baby set berwarna kuning, dan membawanya kekasir.

Sedangkan Rani dan Chenle saling menatap sengit.

Perlahan Rani berjalan menghampiri Lala dan Jisung, meninggalkan Chenle yang berjarak sedikit dibelakangnya.

"Laa, gue ikut lo sama Jisung aja yaaa." Rengek Rani.

Chenle mendelik dibelakang Rani. Memberi kode pada Lala dan Jisung agar tidak menurutinya.

"Dih apa apaan?! Gak!" Sahut Lala dengan nada yang sengaja dibuat agak kejam. Jahat ya, haha.

Jisung tertawa ringan.

"Lagian Lambo gue cuma bisa dua orang, Rani. Terus lo mau duduk dimana?" Tanya Jisung.

Chenle yang dibelakang Rani udah ngode jempol gitu.

Rani nya sih udah pasrah aja, sambil cemberut gitu.

.
.
.
.

"Udah dong Rann ngambeknya ihh." Bujuk Chenle.

Mereka masih dalam perjalanan menuju Rumah Sakit tempat Istri Pak Taeil melahirkan.

Keduanya dari tadi hanya berdiam.

Ralat, Rani nya yang diem. Chenle sih udah ngebujuk aja dari tadi.

Karna tidak mendapat jawaban dari gadis disebelahnya, Chenle memutuskan untuk menepikan mobilnya, lalu berhenti.

"Kok berhen-.."

"Jangan ngambek lagi.." Kata Chenle pelan.

Ia telah melepas seatbelt nya, dan duduk menghadap kearah gadis disebelahnya. Yang juga diikuti oleh Rani.

"Maaf.." Katanya sambil menatap dalam mata Rani.

Rani diam. Menatap lelaki didepannya itu.

Satu sisi Ia masih kesal dengan lelaki itu, namun juga Ia tidak bisa terus berdiam jika bersama Chenle.

Rani yang masih tidak merespon perkataannya, membuat Chenle panik. Ya masa beneran marahan, yang ada dia gak bisa tidur bareng Rani lagi nanti.

Akhirnya Chenle berinisiatif untuk menarik kedua tangan kecil Rani. Menggenggamnya erat erat, menciptakan rasa hangat bagi Rani.

"Maaf ya." Pinta Chenle sekali lagi.

"Maaf juga.." Sahut Rani pelan, namun masih terdengar oleh Chenle.

Lelaki itu tersenyum sesaat sebelum menarik gadis yang berada didepannya, kedalam pelukannya.

Mengusap pelan puncak kepala Rani, sesekali mengecup singkat.

"Baikan?" Bisik Chenle.

Chenle semakin tersenyum lebar saat Rani merespon nya dengan anggukan, didalam pelukannya.

.
.
.
.
.
.
-tbc-

Jakarta, 05 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang