Sebelas.

7K 899 49
                                    

Last..
Sebelum saiya resmi hilang dari peradaban.
See u.
Gak boleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.

"Ini malem minggu ya? Pantes rame." Kata Rani pelan yang dapat didengar Chenle.

Mereka ada didepan Timezone. Niatnya mau main, tapi karna rame banget Rani nya males.

"Makan dulu yuk. Atau mau jalan jalan?" Tawar Chenle.

Jadwal tayang film yang akan mereka tonton masih satu jam lagi. Jadi apa salahnya muter kan daripada nunggu lama.

"Jalan aja, mau liat liat. Sapa tau ada yang lucu." Jawab Rani.

Rani berjalan mendului Chenle dan Chenle setia mengikutinya dibelakang, gak jauhan kok.

Hingga Chenle melihat beberapa pasang mata lelaki menatap tertarik pada gadis didepannya, akhirnya Chenle memutuskan untuk berjalan sejajar dengan Rani dan merangkulnya.

"Ih apaan sih Le." Kata Rani merasa tak nyaman, karna ya kan lagi ditempat umum.

"Nurut aja napa sih. Gue kesel tuh banyak cowo liatin lo." Katanya masih dengan merangkul Rani.

"Ya tapi gak gini ih. Gak nyaman gue nya." Sahut Rani dengan nada yang sedikit merengek.

"Gue lepas tapi gandeng ya?" Tawar Chenle.

Rani menatap Chenle malas, tapi akhirnya nurut.

Tapi gak ada ruginya juga sih gandengan sama Chenle.

Karna ya Rani excited keluar masuk beberapa toko, jadi yaa ketarik juga deh Chenle nya.

"Daritadi keluar masuk tapi gak beli. Dasar cewek." Gerutu Chenle.

Rani menatapnya sinis, "yaudah tungguin aja sana di bioskop, gue bisa jalan sendiri" sahutnya sewot sembari melepas tautan tangannya dengan Chenle lalu berjalan meninggalkan Chenle.

"Astaga ngambek." Kata Chenle panik segera berjalan cepat menghampiri Rani.

Chenle mencengkal tangan Rani. "Maaf." katanya begitu sang empu menengok.

Rani menghela nafas lalu mengangguk pelan. Gak lucu juga berantem ditempat umum ya.

Akhirnya mereka berjalan sambil bergandengan lagi.

"Ran, beli yang couple couple gitu yuk." Ajak Chenle.

Rani menengok, menatap lelaki disebelahnya sesaat sebelum kembali melihat ke depan.

"Beli apaan?" Tanya Rani.

Chenle berpikir sejenak. "Gimana kalo sweater?" Tawarnya.

Rani menggeleng. "Gak mau. Udah mainstream." Sahutnya.

"Case? Jam? Sepatu? Baju? Handpho-... Ihh kok gue dipukul!" Kata Chenle sewot.

Rani menatap Chenle tajam. "Lo ngada ngada, masa handphone." Katanya sebal.

Chenle tertawa ringan, "ya gakpapa, kan lucu." sahutnya.

Rani mendelik, "jangan boros!" peringatnya.

"Iya iyaa istri." Jawabnya yang langsung mendapat pukulan ringan dari Rani.

"Ngarep!"

Akhirnya mereka jadi membeli barang couple. Hanya sepatu dan case. Niatnya Chenle mau jam tangan juga, tapi keburu diamuk Rani. Diancam gak boleh main kerumah lagi. Jadi yaa mau gak mau Chenle nurutin, dari pada dia gak bisa tidur sama Rani lagi kan.

Setelahnya, mereka langsung berjalan ke bioskop karna tinggal 10 menit lagi film yang akan mereka tonton masuk waktu tayang.

"Nanti sebelum pulang makan dulu, gak mau tau. Gue gak nerima penolakan." Ujar Chenle.

.
.
.

Sekarang mereka sudah berada di mobil Chenle.

Abis drive-thru MCD. Karna tadi pas nonton mereka membeli beberapa snack, jadi lah masih kenyang. Akhirnya mereka beli burger aja.

"Kalo ngantuk tidur aja." Kata Chenle sambil mengusap pelan puncak kepala Rani.

Rani mengangguk, "nanti bangunin pas sampe, jangan gendong" sahutnya.

Chenle sih ngangguk aja. Lalu mengambil sweater yang berada dibelakang bangku Rani.

"Nih pake, biar gak kedinginan." Kata Chenle.

Rani menurut, tak lupa memasang juga kupluk sweater Chenle pada kepala nya.

"Ihh tangannya ilang." Kata Rani sambil tertawa pelan dan menggoyang - goyangkan kedua tangannya.

Chenle menengok dan mendapati Rani yang lagi goyang - goyangin kedua tangannya, kearahnya.

Chenle tersenyum sesaat lalu menarik satu tangan Rani.

"Gemes banget sih pengen gue culik aja rasanya." Katanya.

Rani memukul Chenle menggunakan lengan sweaternya.

Lalu membalikkan badannya agar membelakangi Chenle.

Ia malu!

Chenle tertawa ringan, mengulurkan tangannya mengusap pelan kepala Rani.

"Sleep well, calon pacar."

.
.
.
.
.
.
-tbc-

Jakarta, 03 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang