Sembilan belas.

5.8K 801 106
                                    

Maaf saiya gak sabaran🙂
Hati hati, part ini berisi hal hal uwu yang membuat saiya sebagai penulis jadi ambyar. Enjoy!✨
Gak boleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.
.
.
.
.

Sekarang pukul 5 sore.

Sudah satu jam Chenle berdiam melamun dengan posisi seperti awal.

Dari tadi yang terlintas dipikirannya cuma satu hal.

Apa Ia keterlaluan menggoda Rani seperti itu?

Chenle mengusap kasar wajahnya. Seraya bangkit untuk mengecek keadaan Rani.

"Ran, Lele boleh masuk engga?" Tanya Chenle setelah mengetuk pintu kamar.

Merasa tidak ada sautan dari dalam, Chenle panik. Takut Rani kenapa napa. Akhirnya Ia memutuskan masuk.

Dan benar saja. Ia mendapati Rani meringkuk dikasur sambil nangis.

"Rani kenapa?" Tanya Chenle panik.

"S-sakit."

Chenle paham atas apa yang Rani alami segera keluar kamar, menuju dapur dan mengambil air hangat yang Ia masukan kedalam water bag.

Ya, Rani mendapat tamu bulanan nya.

.
.
.
.

"Masih sakit?" Tanya Chenle.

Saat ini Chenle tengah memeluk Rani.

Dengan posisi yang bisa dikatakan lucu sih.

Jadi Chenle duduk bersandar pada headboard, sedangkan Rani berada diatasnya, dipangkuan Chenle yang tengah memeluknya.

Gimana deh tuh bayangin sendiri lah ya.

Intinya Chenle meluk Rani dah🙂

"Udah mendingan." Jawab Rani yang bersandar di dada Chenle.

Chenle mengangguk seraya mengusap - usap punggung Rani.

"Maaf ya, soal tadi." Kata Chenle.

Rani mengangkat kepala nya, menatap Chenle bingung. "Soal apa?" Tanya nya polos.

Jujur aja, Chenle bener bener nahan diri buat gak nyium gadis didepannya ini. Gemes banget!

"Semuanya.. debatin hal sepele, godain Rani berlebihan, gak nemenin Rani pas perutnya sakit." Jelasnya.

"Ini nemenin kan." Sahut Rani.

Chenle tertawa ringan sebelum menjawab. "Lele panik pas tau Rani nangis. Takut Lele gak dibolehin disini lagi nemenin Rani."

"Jangan overthinking." Sahut Rani sambil menekan nekan pipi Chenle.

Oke, Chenle gak tahan!

Perlahan tapi pasti Ia mendekatkan wajahnya pada Rani.

Detak jantung keduanya semakin beradu.

Eits, jangan mikir aneh aneh.

Chenle cuma ngecup singkat ujung hidung Rani.

Masih gak berani gais.

Untuk sekarang, gak tau nanti.

Rani yang kaget mendadak salting dengan kedua pipinya yang merona merah.

Mana abis ngecup gitu Chenle nya senyum lebar.

Mana persis didepan muka.

Seketika Rani mengubur wajahnya di dada Chenle.

Lalu memukul pelan dada lelaki itu sambil berkata, "Chenle bego!"

Chenle tertawa. Mengusap pelan puncak kepala Rani lalu mengecupnya.

"Pengen nembak sekarang, tapi gak spesial ah gak seru." Katanya.

"Tunggu ya, surprise pokonya."

Rani bangkit dari sandarannya pada dada Chenle. Duduk diatas Chenle dan menghadap kearahnya, menatap wajah lelaki didepannya itu dengan kesal seraya memukul dada Chenle agak lebih keras dari sebelumnya.

"Gue jadian sama yang lain aja ah." Kata Rani.

"Gak boleh!" Seru Chenle.

Rani yang emang berniat godain Chenle pun masih melanjutkan aksi nya itu.

"Dih terserah gue dong. Lo gak tau aja banyak tuh cowo cowo yang nembak gue cuma-.."

Belum selesai melancarkan aksi nya, Chenle mengecup singkat bibir Rani lantaran kesal. Dan itu sukses bikin Rani diam, tentu.

"Ngomong gitu lagi, gue cium lagi." Ancam Chenle.

Rani yang masih diam terpaku seketika sadar. Wajah nya memerah.

"CHENLE BEGO!" Teriaknya seraya memukuli lelaki itu.

Chenle mengaduh hingga akhirnya berhasil menahan kedua pergelangan gadis itu hanya menggunakan satu tangannya.

"First kiss gue ih!" Rengek Rani.

Chenle tertawa. "Gue juga kali."

"Hueee Chenle jahat." Sahut Rani dengan nada yang dibuat buat.

Chenle tertawa ngakak. Menarik salah satu pipi Rani. "Mangkanya jangan bawel."

"Biarin." Sahut Rani sewot.

Chenle diam, menatap dalam gadis didepannya sebelum menyeringai.

"Mau lagi gak?"

.
.
.
.
.
.
.
.
-tbc-

Hueee Mamaaa aku baper😭😭
Asli deh gue ngetik ini setengahnya ngakak mulu😭🤣

Jakarta, 06 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang