Delapan.

7.4K 1K 83
                                    

Selamat datang di segala ke-uwu-an Rani dan Chenle mulai saat ini🤧🌈
Perhaluan yang sesungguhnya akan dimulai!✨

.
.
.
.

Enjoy, happy reading!❤️
Gak boleh oleng ke Chenle🙂

.
.
.
.

"Rann, Lele ikut tidur dikasur yaa? Gak enak tau disini ihh." Rengek Chenle yang saat ini tiduran di sofa, di kamar Rani.

Ya, Chenle menginap. Setelah mereka berbaikan tadi, Chenle mulai berbuat sesukanya.

Seperti sekarang, memaksa Rani untuk menurutinya.

"Gak. Udah diem aja disitu. Apa gak pulang sana." Jawab Rani setengah kesal.

Jujur, Rani kewalahan menghadapi Chenle yang tiba tiba jadi sangat manja. Setelah berbaikan tadi tentunya.

Ingat ya, berbaikan. Mereka gak jadian. Mm, lebih tepatnya belum.

"Rann, kaki Lele sa-.." Belum selesai berucap Rani langsung memotongnya.

Rani udah tau kalo Chenle akan merengek lagi, memaksa tidur dikasur bersamanya.

"Berisik. Udah sini cepet!" Sahut Rani ketus.

Chenle yang kegirangan langsung bangkit dari sofa. Dengan membawa bantal, guling dan selimut, Ia segera berjalan ke arah kasur. Lalu bergabung dengan Rani.

Sebelum menyuruh Chenle bergabung, Rani sudah menghadap ke tembok yang berada disebelah kanannya. Membelakangi Chenle yang berada disebelah kirinya. Berusaha untuk segera tidur, karna jantungnya mulai bekerja lebih cepat dari sebelumnya.

Chenle tidur menghadap kearah Rani, dan tentu yang Ia lihat hanyalah punggung kecil Rani. Bergerak naik turun dengan pelan, meyakinkan bahwa Rani sudah tertidur.

Chenle tersenyum lalu mengubah posisi menjadi telentang, menatap langit langit kamar Rani.

"Gue sayang sama lo, Ran." Kata Chenle bermonolog.

Hingga tak lama Ia merubah posisi tidurnya, kembali menghadap Rani.

Mengelus pelan kepala gadis yang tidur disebelahnya. Seraya berguman..

"Sleep well, I love you."

.
.
.
.

Paginya Rani terbangun dengan keadaan yang bisa dibilang cukup membuatnya jantungan.

Punggungnya menempel pada tembok. Otomatis Ia menghadap kearah Chenle bukan?

Dan ya, Chenle juga menghadap kearahnya. Untungnya lelaki itu belum bangun.

Tapi, Rani terhimpit. Chenle berada sangat dekat didepannya.

Ujung kedua hidung mereka hampir bersentuhan, bisa dibilang hanya berjarak 5cm.

Jangan kalian bayangkan..

'Duh gimana caranya gue bangun anjir!' Batin Rani.

Sambil memikirkan cara untuk bangun, tentu Rani hanya bisa melihat wajah Chenle.

Bukannya mikir cara bangun yang ada malah liatin muka Chenle.

'Ya Tuhan, kenapa ganteng banget!' Jeritnya dalam hati.

Melihat pergerakan Chenle, Rani segera menutup matanya. Menetralkan ekspresinya juga.

Dirasa sebuah tangan hangat mengelus pelan pipinya.

"Lo tuh kalo tidur gini lucu, gemesin. Tapi kalo bangun, nyebelin. Ngomel mulu. Untung sayang." Kata Chenle pelan, namun dapat didengar Rani.

Masih dengan elusan dipipinya, akhirnya Rani memberanikan diri untuk membuka matanya dengan bersikap seolah baru bangun tidur.

Dan benar, Chenle menyambutnya dengan senyuman.

"Pagi." Sapanya masih dengan senyum, bahkan semakin melebar. Menciptakan lubang samar dikedua pipinya, juga membuat matanya menjadi segaris.

Rani salting. Tentu saja!

Ingat, mereka berhadapan dengan sangat dekat.

"P-pagi juga. Misi dong, gue mau bangun." Kata Rani dengan pipi yang mulai bersemu merah.

Chenle menurut, memundurkan tubuhnya.

Rani langsung bangkit, berjalan menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya.

Chenle sadar, Ia telah membuat gadisnya salting. Dan menurutnya, itu menggemaskan.

.
.
.
.
.
.
-tbc-

Mon maap saiya baper sendiri🙂

Jakarta, 02 July 2020.

Boyfriend | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang