"Pergi gak lo?"Khanza menggelengkan kepalanya, lalu gadis itu berkata.
"Enggak mau ah. Aku kan mau sampe malam disini!" ucapnya lalu melahap nasi goreng pesanannya untuk yang kedua kalinya.
"Duduk sini, kamu udah makan belom?"
Manik Serkan membulat, baru kali ini ada yang menayainya udah makan belom. Dan sekarang?
Sebenarnya niat Khanza itu apa? Beneran mau jadi temannya atau hanya ingin bermain-main dengannya.
Itulah isi pikiran Serkan sekarang. Mau bagaimanapun cowok itu sangat susah mempercayai seseorang.
"Setelah jadi teman gue lo gak akan ngusik kehidupan gue lagi kan?"
"Kamu tau gak arti teman itu apa?"
Serkan hanya diam.
"Kalau udah temenan, otomatis aku harus tau segala sesuatu tentang kamu. Ya gak mungkin aku gak ngusik kehidupan kamu itu." kata Khanza ada benarnya.
"Yaudah gak jadi temanan." sinis Serkan lalu pergi dari tempat Khanza.
"Eh tunggu!" Khanza memanggil Serkan. Yang dipanggil menoleh lantas bertanya.
"Apa?" tanyanya dingin.
"Yaudah aku mau jadi teman kamu."
"Hah?" kedua alis Serkan menyatuh, bingung.
"Barusan kamu ngajak aku buat jadi teman kamu kan?"
Menggelengkan kepalanya dua kali. Serkan kembali memutar tubuhnya lalu berjalan ke arah meja nomor 10 yang sedang memanggilnya saat ini.
Cekikikan kayak kuntilanak, Khanza merasa usahanya sebentar lagi akan membuahkan hasil. Mau bagaimana Serkan juga manusia hatinya akan luluh.
"Pacar kamu Ser?" tanya Vivi, bibi Serkan.
Menggelengkan kepalanya. Serkan mengambil alih posisi untuk mencuci piring.
"Nggak!" jawabnya dingin.
"Cantik banget loh, serius gak pacar kamu. Tapi dari kemarin perasaan dia terus bareng sama kamu? Bibi rasa dia suka deh sama kamu."
Serkan berhenti menggosok piring yang ada di tangannya. Tiba-tiba pipinya memerah, mendengar kata suka dari mulut bibinya.
Suka ya?
Serkan menggelengkan kepalanya, berusaha menghempas pikirannya yang jahat.
Dengan keras dia menekan piring cuciannya hingga membuat piring itu pecah menjadi beberapa bagian.
Melihat itu Vivi segera mendorong tubuh Serkan, melihat ada darah di sekitar tangan keponakannya. Lantas membuat wanita itu berteriak histeris. Ini salahnya, karna terus mengajak Serkan berbicara.
"Aku gak papa bi," kata Serkan lalu menarik tangannya yang sedang ditatap serius oleh bibinya.
"Berdarah lo Ser. kamu bilang gak papa?"
Vivi menarik tangan Serkan, lalu mengajak keponakannya itu duduk di kursi untuk mengobati luka yang cukup besar di telapak tangan Serkan.
"Lain kali hati-hati." ujar Vivi.
"Maaf bik," cicit Serkan.
Menyentuh kedua pipi Serkan, wanita itu tersenyum miris.
"Setelah hari itu, bibi gak pernah liat kamu tersenyum lagi. Bisakah har-"
"Maaf bi, tapi paman sepertinya membutuhkan bantuanku." ucap Serkan tiba-tiba.
Dengan cepat, cowok itu berlari ke arah pamannya yang sedang memunguti piring bekas pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERKAN[TAMAT✓]
Teen FictionCukup diam dan mengerti segalanya, hanya waktu yang dapat mengungkap siapa dirimu sebenarnya. No plagiat! Cerita murni ide authornya. Ceritanya Colab bersama dengan @SalmaBugis dan @Siqi_Naya Folow akun ini sebelum membaca. Okey!