"Baby, kamu mau kemana?" tanya Gerland saat melihat Khanza sudah berpakaian rapi dan sepertinya pacarnya itu akan segera pergi.
"Ehmm..." Khanza ragu menjawab pertanyaan Gerland. Bagaimana jika dia berkata jujur, dan pacarnya tidak menginzinkannya? Lalu jika dia harus bebohong, alasan yang tepat agar Gerland percaya apa?
"Baby," lirih Gerland memanggil.
Lalu menangkup kedua pipi Khanza, dengan lembut dia mengangkat pipi Khanza ke atas untuk menatapnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Gerland lagi.
Khanza diam sejenak, lalu menepis pelan tangan Gerland.
"Aku ingin mengujungi Serkan." kata Khanza sambil menatap ke arah lain. Tidak berani menatap pacarnya yang kini menatapnya dengan manik membulat, perkataannya tadi jelas membuat Gerland geram dan segera melarang Khanza untuk tidak menemui Serkan.
"Aku tidak suka liat kamu bersama dia, kenapa kamu gak bisa lihat itu?"
kedua tangan Gerland meremas kedua pundak Khanza, membuat sang empuh meringis kesakitan.
dia tau, Gerland tidak suka jika dia berada disekitar Serkan. Tapi, apa pacarnya itu tidak bisa mengerti? Kalau Serkan mau bagaimana juga dulu maupun sekarang akan tetap menjadi temannya.
"Aku tau," Khanza menghela napas, saat dia meringis kesakitan. Gerland langsung mengendurkan cengkramannya.
dia menunggu kelanjutan ucapan pacarnya.
"Tapi Gerland, kamu percaya aku kan?"
"Baby, terkandang aku takut. Kamu berubah dan pergi dengannya!"
"Intinya kamu percaya aku gak?"
Gerland mengusap wajahnya kasar, sekarang dia harus sabar. Untuk mendapatkan hati Khanza, dia tidak boleh terlalu agresif. Nanti pacarnya itu akan lari darinya.
Ini keputusan yang berat, hingga membuat Gerland menghembuskan napasnya dalam-dalam.
"Baiklah, kamu boleh pergi. Tapi ingat, jika aku menelpon kamu itu artinya kamu harus segera pulang!" jelas Gerland menegaskan ke Khanza.
Jika cewek itu harus pulang, saat dia memerintahkannya.mengangguk setuju, tubuhnya ditarik lantas dipeluk erat oleh Gerland.
"Aku pergi," pamit Khanza sambil mendorong tubuh Gerland pelan.
mengangguk lemah, Gerland melambaikan tangannya.
dan setelah kepergian Khanza.
Gerland mengambil ponselnya yang ada ada disaku celana bahannya, dan mencoba menghubungi seseorang melalui ponselnya itu.
setelah tersambung, ekspresinya seketika berubah menjadi marah.
"Berengsek, dia masih hidup!" teriak Gerland saat orang yang dia hubungi hendak mengatakan sesuatu, tapi Gerland keburu emosi dan memutustuskan panggilannya secara sepihak.
"Ahk... sialan!" maki Gerland kesal yang membanting ponselnya ke sofa.
Sekarang Gerlan sangat frustasi kalau Serkan kembali, karena dia yakin seletelah sehat kembali. Cowok itu pastinnya akan mendekati pacarnya lagi. Gerland tidak akan membiarkan itu terjadi.
Tiba-tiba ponsel Gerland kembali bergetar, menandakan telpon masuk, tanpa melihat siapa yang menelpon Gerlan segera mengakatnya.
"Apa lagi?!" tanya Gerland ketus, dia pikir yang menelpon adalah anak buah, tidak becusnya itu.
"What? You are fine, boy?" tanya orang di sebrang sana yang heran dengan pertanyaan dari Gerland.
Sedangkan Gerland langsung melihat ke arah ponselnya.
-Daddy-
KAMU SEDANG MEMBACA
SERKAN[TAMAT✓]
Teen FictionCukup diam dan mengerti segalanya, hanya waktu yang dapat mengungkap siapa dirimu sebenarnya. No plagiat! Cerita murni ide authornya. Ceritanya Colab bersama dengan @SalmaBugis dan @Siqi_Naya Folow akun ini sebelum membaca. Okey!