BAB|3

477 24 0
                                    


Ini sudah keterlaluan, Serkan yang sejak tadi merasa di ikuti diam-diam. Sudah merasa tidak nyaman, lagi dengan gadis yang sama. Kenapa dia selalu mencari gara-gara dengan Serkan?

Teman? Jangan harap. Serkan tidak mengharapkan seorang teman atau apapun. Baginya hidup dalam kesendirian lebih menyenangkan dibandingkan memiliki teman tapi berasa musuh dari belakang. Gak ada gunanya juga, hanya membuang waktunya saja.

Dan sekarang? Gadis bernama Khanza itu dengan keras kepala ingin menjadi temannya.

Serkan merasa risih dengan kehadiran Khanza yang seperti cenayang saja. Setiap dia di tempat kerjanya pasti gadis itu selalu ada juga, bahkan sampai malam hari dia mengikuti dimana Serkan berada.

Mengacak rambutnya frustasi, Serkan membalik tubuhnya dengan kasar. Bersamaan dengan dia yang membalik tubuh, Khanza juga langsung bersembunyi di balik tiang jalan dan mencoba untuk menyembunyikan wajahnya.

Kali ini, Khanza tidak membawa kucingnya yang bernama Anis.

Di kiranya Serkan bodoh apa? Tidak bisa melihat tubuhnya yang lebih besar dibandingkan tiang tempat persembunyiannya. Dasar gadis bodoh!

Dengan seringaian jahat, cowok itu memanggil tukang ojek yang kebetulan melintas di depannya.

Kali ini Serkan akan membuat gadis itu jerah agar kedepannya tidak lagi mengikutinya.

Melihat kepergian Serkan dengan motor, Khanza yang memang sejak tadi di awasi oleh supirnya dengan menggunakan mobil. Seketika langsung memanggil supirnya itu untuk mengikuti Serkan yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Non suka ya sama cowok itu?" tanya-- Radit supir pribadi Khanza.

Dengan mulut mengerucut kesal, Khanza membantah ucapan supirnya.

"Khanza gak suka sama Serkan. Dia baik jadi aku mau jadiin dia teman aku, itu aja gak ada niat lain!" terang Khanza agar supirnya itu tidak salah sangka.

Tapi gimana? Prilakunya yang selalu mengawasi Serkan dari kejauhan. Bahkan,  gadis itu juga mencari informasi tentang Serkan. Membuat Radit tidak percaya dengan jawaban majikannya.

"Papa non bakal marah, kalau sampai tau apa yang non Khanza lakuin ini." kata Radit berusaha membuat majikannya itu mau mengerti.

"Papa gak akan tau, kalau pak Radit gak ngasih tau!" ujar Khanza dengan sorot mata pokus menatap punggung Serkan.

"Jangan terlalu dekat, nanti ketauan gimana?" tangan Khanza memukul pelan tempat duduk Radit.

Mengangguk patuh, seperti perintah Khanza. Perlahan tapi pasti, agar tidak di curigai dia mengendarahi mobilnya dengan pelan.

"Eh, pak berhenti disini." ujar Khanza saat tiba-tiba motor yang dinaiki Serkan berhenti.

"Non tempat apa ini?" tanya Radit kebingungan, dia melihat banyak wanita berpakaian seksi sedang menggandeng pria tua dan juga sebaya putranya yang ada di kampung.

Sama bingungnya seperti Radit, Khanza yang tidak pernah datang di tempat, yang di atas gedung ada bacaan Club hanya mengernyit heran.

"Pak Radit, tunggu disini. Jangan ikut masuk kedalam! Apapun yang terjadi jangan masuk." tegas Khanza, menatap Radit yang merasa takut.

"Tapi non, sepertinya tempat ini gak bagus untuk non Khanza. Nanti gimana kalau mis-"

Belum lagi Radit selesai bicara, gadis itu dengan sekelibat mata sudah menghilang dari pandangan.

Antara ingin mengejar atau tetap disini atas perintah, intinya Radit saat ini merasa sangat kebingungan.

   ***

SERKAN[TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang