BAB|40

179 15 0
                                    


Duduk diatas baklon rumahnya dengan ditemani secakir teh, Khanza melamun sambil memikirkan Serkan. Biasanya hari minggu seperti hari ini dia akan membantu Serkan bekerja dikedai. Dan saat memikirkannya,  tiba-tiba ekspresi Khanza menjadi sedih.

"Khanza kangen Serkan," lirih Khanza, seraya menyentuh dadanya. Sekelibat ingatan dia dan Serkan bersama-sama muncul di pikirannya. Khanza tidak ingin berbohong jika ditanya apakah dia merindukan Serkan atau tidak? Khanza akan menjawab jika dia sangat merindukannya. Tapi Khanza tidak bisa mengatakan itu, karena Gerland. benar hanya cowok itu yang Khanza cintai.

"Gue takut kehilangan lo Zha. Takut, sampai tadi lo beneran mau ninggalin gue."

Khanza semakin mempererat remasan didadanya. Mengingat ucapan Serkan di dalam gudang semalam.

"Zha, kapan lo sadar sama perasaan lo sendiri? Sampai kapan gue harus nunggu lo sadar?"

Khanza segera menutup telinganya, dia menegaskan kepada dirinya sendiri kalau dia tidak mempunyai perasaan yang dimaksud Serkan kepadanya.

Tapi kenapa? Dia ragu saat ingin mengegaskan itu kepada dirinya sendiri. Dia terlalu takut, jika benar adanya perasaan lebih yang dikatakan Serkan kepadanya.

Tidak! Dia sudah berjanji kepada Gerland. Untuk selalu bersama-sama dengannya. Khanza selalu menepati janjinya, dari dulu sampai sekarang.

tidak mungkin sekarang, Khanza melanggar janji itu. Gerland akan sangat terluka karenanya nanti.

Perlahan tangan Khanza lemas, saat dia mengingat bagaimana Serkan menyelamatkan nyawanya. Cowok itu menangisinya, bahkan sampai terluka deminya.

bukannya mengatakan terima kasih, dia malah pergi bersama Gerland dan membuat hati Serkan sangat terluka.

menyentuh bibirnya, Khanza mengingat rasanya sekarang saat  bibir lembut Serkan menyentuh bibirnya.

tanpa dia sadari airmatanya menetes, membasahi kedua pipinya.

Tak lama dia menangis diatas balkon rumahnya. Gerland datang, dengan cepat Khanza menghapus jejak air matanya. Dia menyambut kedatangan Gerland dengan senyuman.

"Kamu kenapa?" tanya Gerland.

Khanza tersenyum lebar kepalanya menggeleng dengan pelan.

"Aku baik-baik saja Serkan."

manik Gerland membulat seketika. Serkan katanya? Bagimana bisa Khanza menyebutkan nama cowok lain saat dia ada dihadapannya sekarang.

"Serkan? baby apa kamu yang kamu katakan ini? Kenapa kamu menyebut nama pria lain didepan pacar kamu sendiri?"

Khanza menutup mulutnya sendiri, dia tidak menyadari jika dia salah sebut nama. Dan sepertinya Gerland sangat marah sekarang.

"Maafkan aku Gerland,  Aku tidak ber-"

Gerland mengangkat satu tangannya, lantas dia berdiri dan menatap Khanza tajam.

"Terus apa? Do you think of him?" tanya Gerlan yang kini menatap gadis di depannya dengan penuh tanda tanya.

 "Tidak, aku hanya memikirkan kejadian di gud-" ucapan Khanza menggantung karna dia langsung menutup mulutnya yang hampir saja keceplosan.

"kejadian apa?" tanya Gerlan yang semakin curiga kalau gadis di depannya ini telah menyembunyikan sesuatundarinya.

"Bukan apa-apa," jawab Khanza gugup.

"Jangan bohong sama aku, katakan yang sebenarnya!" desak Gerlan yang semakin kesal karena gadis ini tidak mau mangatakan yang sejujurnya.

"He kissed me," jawab Khanza menunduk takut.

"What!" petik Gerlan yang langsung mengembrak meja.

"tapi dia punya alasan kena-"

"Gak ada alasan lagi!" bentak Gerlan yang langsung pergi dari hadapan Khanza, sedang Khanza gadis itu hanya bisa menanggis.

Sedangkan Gerland langsung keluar dari rumah khanza dan masuk ke dalam mobilnya.

Gerland mengotak atik ponselnya kemudian menelpon seseorang.

Tak lama setelahnya, dia berteriak kesal kepada orang yang ada didalam teleponenya.

 "Habisi dia!" teriak Garlan yang langsung menutup telepone tanpa mendengar jawaban dari orang yang dia telpon tadi.

"Brengsek!" maki Gerlan lalu memukul stir mobilnya.

***

Sedangkan di kedai, Serkan dan Zhakia sedang sibuk karena hari ini Mereka medapatkan banyak orderan dari pelanggan.

"Serkan lo bisa gak anterin pesanan ke pelanggan?" tanya Zhakia yang bingung karna ada pelanggan yang menelfon dan memesan makanan untuk di antar dan akan memberi uang lebih.

Serkan mengakat satu alisnya bagaimana bisa dia meninggalkan kedai yang sedang ramai.

"Udah lo tenang aja di sini biar gue yang hendel, lo anterin ini aja." ujar Zhakia sambil yang menyimpan kotak makanan di atas meja, dan mau tidak mau Serkan terpaksa harus mengantar pesanan ini.

Sedangkan di dekat kedai di sebrang jalan ada dua mobil sport hitam yang seperti mengawasi gerak-gerik semua orang yang ada di dalam kedai.

 Hingga mereka mulai melihat target yang di tunggu-tunggu, akhirnya keluar dengan membawa kotak makanan di tangannya.

 Serkan segera memasukkan kotak makanam itu dalam kotak yang ada di belakang motor pamannya, sebenarnya selama ini pamannya memang sering mengatar-ngantar makan kepada pelangan.

Serkan segera mamasangkan helm dan mulai menjalankan motornya, namun saat dia tak lama mengendarai motornya, dari kaca spion dia melihat ada dua mobil sport yang seperti mengikutinya. Dari tadi hingga akhirnya dia menambah kecepaatan motornya, tetapi mobil itu juga menambah kecepatannya, Serkan yang mengetahui sekarang
jika dia di ikuti, segera Serkan melaju cepat dan sesekali melihat kebelakang.

Tetapi tunggu! tadi harusnya ada dua mobil yang mengikutinya, kenapa sekarang satu? hingga tidak dia sangka mobil yang tadi mengikutinya muncul dari tikungan yang ada didepan. Hingga akhirnya membuat motornya itu menghantam keras ke mobil yang dengan sengaja menabraknya.

BRAK!

Tubuh Serkan menghantam kaca mobil yang menbaraknya hingga membuat kaca itu retak, lalu tubuhnya mengguling-guling ke aspal.

Dengan keras helm dikepalanya menghatam aspal sehingga dari sana terlihat ada darah segar mengalir.

mobil tadi segera pergi.

Dan orang-orang langsung berlari ke arah Serkan yang sudah tidak sadarkan diri sekarang.

TbC.

Nangis dong(;´༎ຶٹ༎ຶ')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nangis dong(;´༎ຶٹ༎ຶ')

SERKAN[TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang