BAB|24

196 16 3
                                    


"Serkan, kok papa aku lama ya?" tanya Khanza yang sudah merasa takut di tempat seram seperti ini. Tadinya dia cuma sendirian di jeruji besi, tapi sejam setelah dia dikurung. Wanita dengan penampilan bar-bar dimasukan ditempat kurungannya.

Serkan hanya diam. Tak lama setelahnya dia mendekatkan dirinya ke Khanza lalu memberikan tangannya.

Melihat itu Khanza dengan cepat langsung menggenggam tangan Serkan.

hingga cewek yang dibilang Khanza berpenampilan bar-bar itu menatap mereka.

"Baru pertama kali di penjara?" tanya cewek itu namanya-Deayi.

Mendapatkan tatapan tidak bersahabat dari cowok disampingnya. Dengan tangan terangkat ke atas  Deayi berkata.

"Selow gue cuma nanyak!" ujarnya. Kemudian duduk disebelah Khanza yang takut melihatnya.

"Gue Deayi. Ini ke sepuluhnya gue dipenjara, karena bokap gue suka judi dan akhirnya kelilit hutang. Tapi slow gue disini gak lama, 10 menit lagi pacar gue datang buat bebaskan gue dari sini." cerita Deayi, walau penampilannya kayak preman. Tapi hatinya baik kok kayak Serkan.

"Pacar?" gumam Khanza. Genggamannya mulai melonggar.

Dia lupa, kalau penampilan seseorang itu tidak bisa menilai baik dan buruknya seseorang. Kita ambil saja contohnya Serkan, diluarnya saja telihat keras. Tapi jika diperhatikan lagi, cowok itu baik aslinya.

"Iya pacar gue." balas Deayi.

Khanza mengernyitkan keningnya, merasa heran. Kenapa harus anaknya yang dipenjara kalau papanya yang terlilit hutang? Itu yang dipikirkan Khanza sekarang.

"Oh itu dia pacar gue!" pekik Deayi lalu bangkit dan malambaikan tangannya ke sang pacar yang menatapnya dingin saat ini.

pacar Deayi terlihat seperti orang berpindidikan. Jika Deayi cewek dengan penampilan bar-bar, maka pria dengan pakaian elegan itu adalah pacarnya Deayi.

polisi wanita itu berjalan kemudian membukakan gembok yang ada di jeruji besi.

Melihat pintu terbuka, Deayi segera berlari kemudian memeluk pacarnya.

"Terima kasih untuk yang ke seratus kalinya." kata Deayi.

"Aku sudah membayar hutang papa kamu. Tapi ini yang terakhir kalinya!" tegas pacarnya Deayi.

"Lima hari yang lalu kamu ngomong gitu. Dan ditempat yang sama,"

"Kali ini beda."

"Okey!"

Akhirnya sepasang kekasih itu keluar dari kantor polisi.

menatap Serkan kembali Khanza gadis itu mengeluh jika dirinya lapar. Disini keterlaluan bahkan cuma dia cuma dikasih nasi doang itupun dengan lauknya yang tidak enak. Ditambah lagi  disini banyak nyamuknya, liat saja kulitnya yang mulus dan putih kini berubah menjadi merah dan bentol-bentol. Tapi tidak apa, setidaknya Khanza gak merasa khawatir lagi, karena dia sendiri yang memantau keadaan Serkan.

luka di wajah Serkan sudah dia obatin. Walau cuma dia bersihkan dengan kain itupun saputangannya.

"Aku lapar," keluh Khanza dengan perutnya yang berbunyi cukup keras.

polisi yang di tujang anunya sama Khanza, mengejek gadis itu sejak tadi. Itu hukuman karena membuat anunya nyeri dan nyut-nyutan. Kencing saja terasa sakit dan menyiksa.

gadis seperti Khanza itu harus dikasih hukuman yang berat. Agar nantinya tidak ada lagi polisi yang bernasib sama sepertinya.

"Lo kenapa harus nyiksa diri lo demi gue?"

SERKAN[TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang