BAB|45

190 14 0
                                    


Mereka sekelas menatap ke arah kursi kosong, Serkan, Khanza dan juga Gerland. Mereka sedang berpikir kenapa ketiga temannya itu bisa tidak hadir bersamaan? Apa ada cerita dibalik itu yang tidak mereka ketahui.

Farel menepuk tangannya sekali, hingga akhirnya cowok itu berlari ke arah meja guru yang kosong.

Dia akan memimpin jadi ketua gosip hari ini. Enak banget gosipin teman sendiri pagi-pagi begini.

"Jadi we kalian lagi mikiran apa sekarang?" Alis Farel naik turun.

Desta mengangkat tangannya. Dia akan menjawab perkataan temannya.
Farel, dengan tidak sabar menyuruh agar Desta segera bersuara.

"Gue mikirnya sih mereka..." Desta menganggaruk  pelepis alisnya.

Sedangkan Farel dan temannya sedang menunggunya menyelesaikan ucapannya yang sempat terjeda.

"Apa, ya? gue lupa. Tadi gue inget mau ngomong apa!" kata Desta sambil cengengesan.

sontak Ayub memimpin teman-temannya yang lain untuk menyoraki Desta.

"Gue rasa mereka ada masalah," yang ngomong tadi itu adalah Dita.

Sambil berkaca dan membenahi makeupnya. Cewek itu mengeluarkan pendapatnya.

Setuju semuanya mengangguk.

"Tapi masalah mereka apaan?" tanya Amar bertanya-tanya.

Seketika ruangan mereka menjadi hening. Itulah yang membuat mereka bingung, ketiganya tidak datang dan itupun tanpa kabar.

"Coba hubungi ketos deh," usul Desta kembali bersuara.

"Lo mau buat umur gue singkat?!" sinis Farel menjawab.

Dia pernah sekali menghubungi nomor Serkan, bukannya disapa baik-baik karena dia kan tuh termasuk artis di dunia wp. Tapi Serkan malah mengancam akan membunuhnya, kalau saja dia berani menelponya lagi. Sontakkan membuat Farel takut.

"Aamiinin kalau bener mah!" kata Banyu, membuat seisi kelas tertawa mereka menertawakan ekspresi Farel sekarang.

Saat kelas dipenuhi dengan tawa, Jeni masuk ke dalam kelas dengan memasang ekspresi sedih. Matanya juga bengkak dan merah.

reflek membuat anak muridnya langsung diam. Farel segera duduk kembali ke bangkunya.

"Bu, kenapa?" tanya Fira.

Jeni tersenyum miris, hatinya sangat sakit jika harus menyampaikan berita bahwa Serkan kecelakaan dan sedang dirawat sekarang.

Tapi mau bagaimana? Ini sudah menjadi tugasnya, untuk menyampaikan berita bahagia maupun duka kepada murid-muridnya.

menarik napasnya dalam-dalam, mulut Jeni terbuka.

"Teman kalian..."

Jeni sudah menangis duluan, membuat seisi kelas lantas menjadi panik. Mereka berjalan lalu mengerubungi Jeni.

"Teman kami kenapa bu?" tanya Desta penasaran.

"Teman kalian Serkan, dia mengalami kecelakaan." kata Jeni dengan berat.

Semua muridnya langsung terdiam, kelasnya hening tak lama suara tangisan dari mereka terdengar begitu nyaring. Ketua kelas mereka, yang begitu mereka cintai sekarang sedang dirawat?

Mereka boleh gak? Tidak mempercayai perkataan wali kelasnya tadi.

"Bu, jangan bercanda lah!" sergah Farel tidak suka dengan perkataan Jeni barusan.

Dengan berat hati Jeni berkata.

"Ibu gak bercanda, sama seperti kalian. Ibu juga gak bisa mempercayai kalau Serkan sedang sekarat sekarang."

SERKAN[TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang