BAB|18

214 13 0
                                        


Melihat Khanza yang pagi-pagi sudah datang di kedai milik pamannya, membuat Serkan yang melihat itu lantas menghela napas berat.

Sambil berjalan pelan menuju Khanza, cowok itu mengelus lehernya dengan telapak tangan.

"Lo datang lagi?"

Mengangguk, Khanza berputar lantas mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Hari ini kita kan mau lomba! Kudu semangat!" jerit Khanza lebay.

serkan hampir saja tertawa.

"Lo ngapain pakai baju pesta kesekolah gitu?" Serkan geleng kepala.

Khanza membalas dengan cengiran kuda.

"Kan aku mau nyanyi, jadi harus pakai pakaian yang bagus dong!" balas Khanza sekali lagi cewek itu berputar. Membuat Serkan kali ini tertawa.

Entah kenapa akhir-akhir ini dia mudah sekali tertawa, padahal dulunya saja. Serkan terkanal jarang senyum apalagi sampai ketawa.

"Ganti lo. Jangan katrok!" kata Serkan akhirnya berhenti tertawa.

"loh kenapa? Kan gemesin gini? Oh ya aku bawa Anis ni!" Khanza berjalan mundur untuk mengambil kucingnya yang sedang berada diatas aspal.

Mengangkat kemudian menyodorkan kucingnya itu ke dekat wajah Serkan.

"Jijik gue, jauh-jauh sana!" cetus Serkan lalu berjalan menjauh dari Khanza.

mengembungkan kedua pipinya kesal, Khanza kembali meletakan kucingnya dibawah.

"Yaudah yuk berangkat kesekolah!" seru Khanza.

Serkan menggeleng, sebagai tanda tidak.

"Lo pigi aja sendiri. Gue gak mau entar ikut diejek karena gaya pakaian lo yang kayak gitu."

Khanza nenyentuh rambutnya yang lurus.

"Yaudah aku ganti. Tapi kamu berangakat sekolah bareng aku ya?"

Serkan hanya bergeming. Maniknya mengerling, lalu tangannya bergerak memberi kode agar Khanza segera pergi untuk mengganti gaun yang dipakainya lalu memakai seragam sekolah.

***

"Ibu bangga dan juga gak nyangka kelas kita mendapatkan pringkat kedua soal nilai, ini perubahan yang cukup bagus." puji Jeni sambil menatap anak muridnya yang dimana ekspresi semuanya sedih.

Bukannya seharusnya mereka senang. Karena tahun ini nilai semuanya meningkat.

"Kalian kenapa gak senang?" tanya Jeni terheran-heran.

"Kami mau yang pertama bu. Bukan yang kedua!" itu dia Desta yang ngomong.

Dan semua temannya mengangguk karena sepemikiran dengan Desta.

"Sakitnya di duain! Ah sadboy..." Farel menutup setengah wajahnya, bola matanya bergerak melirik Siska.

"Apa lo?!" sinis Siska saat menyadari Farel menatapnya.

"Btw lo kan sering di duain."

terkutuklah kau wahai mulut ember Farel, benar-benar ingin dimusnakan saja.

"Ya kalau begitu kalian harus menang. Mungkin jika kalian memenangkan semua lomba porseni kelas ini menjadi yang pertama. Karena setiap poinnya berpengaruh guna menambah nilai." tutur Jeni, mengingat porseni di sekolahnya sebentar lagi akan segera dimulai.

Serkan menghela napasnya berat, kali ini harga dirinya sedang dipertaruhkan. Jika dia kalah dengan Danis. Maka sebagai gantinya dia yang akan menjadi babu.

SERKAN[TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang