BAB|41

163 14 0
                                        

"Kok lama banget si baliknya? Serkan kemana lagi? Malah pelanggan yang tadi pada komplane terus Bilang kalau makanannya belum diantar!" kesal Zhakia, lalu dia mengambil ponselnya kembali yang tadinya ada disaku celananya.

dengan cepat jarinya bergerak mencari kontak nomor Serkan. Saat dia menelpon dan tentunya hendak memaki Serkan yang lama mengatar pesanan, tapi yang membuat dia merasa aneh itu adalah orang yang menjawab telepon Serkan.

"Halo ini siapa ya?" tanya orang yang ada di dalam ponsel.

membuat Zhakia tercengang kaget. Suaranya bukan suara Serkan, melainkan bapak-bapak.

"Halo, ini temannya yang punya ponsel dan dimana orangnya sek-"

Kerutan di kening Zhakia semakin tercetak jelas, saat dia mendengar ada suara ambulance dan juga suara ramai-ramai di dalam ponselnya.

"Ini temannya? kalau begitu kamu cepat datang ke rumah sakit Melati."

Rumah sakit? Jatung Zhakia reflek berpacu dengan cepat, pikirannya mengarah ke hal yang tidak dia inginkan. Semoga tidak terjadi sesuatu dengan Serkan.

"H-halo teman saya kenapa ya?" tanya Zhakia yang sudah mulai panik.

"Kamu buruan datang, teman kamu baru saja dibawa ke rumah sakit."

mendengar itu Zhakia menjadi panik, tanpa meminta izin keluar dia belari pergi untuk pergi menemui Serkan dirumah Sakit. Vivi yang melihat itu merasa heran, padahal di kedainya juga masih ramai pelanggan.

Sesampainya Zhakia dirumah sakit, Gadis itu segera mencari keberadaan Serkan yang ada diruang UGD. Kata dokter saat dia bertanya, Serkan akan dioprasi karena ada gumpalan darah yang membeku diotak Serkan.

tapi sebelum itu mereka membutuhkan izin orangtua Serkan. Sehingga dengan cepat Zhakia memanggil bibi dan paman Serkan. Karena hanya mereka lah yang dia tau soal keluarga Serkan.

tak lama dia menghubungi bibi dan paman Serkan. Mereka datang, tentunya dengan wajah panik tidak percaya, dengan apa yang mereka liat sekarang, keponakannya sedang sekarat dan tidak sadarkan diri di ruang UGD.

setelah keluarga Serkan memberi izin. Operasi akhirnya dilakukan, hampir setengah jam mereka menunggu dan salah satu suster keluar dengan memberitahuan kalau rumah sakit ini kehabisan stok darah B negatif. Karena itu mereka harus segera mendapatkannya, tapi dirumah sakit ini sangat jarang yang melakukan tranfusi darah dengan golongan B negatif. Vivi begitu panik hingga dia ingat kalau adiknya yang tidak lain adalah Papa Serkan juga memiliki darah yang sama seperti darah Serkan.

dengan cepat dia memerintah Zhakia untuk menghubungi nomor papa Serkan.

setelah berhasil menghubungi papa Serkan, tak lama setelahnya Orland dan Lita datang. Dengan diikuti Siska dari belakang.

ternyata semenjak kejadian itu Siska diam-diam mengurus surat pindah, jika kalian bertanya apa alasannya. Entahlah hanya Siska sendiri yang mengetahui alasannya.

"Bagaimana keadaan Serkan kak?" tanya Orland.

Vivi menggelengkan kepalanya, wanita itu menangis sambil terisak-isak. Mereka tidak memiliki anak sehingga sejak kehadiran Serkan dirumahnya, perlahan keduanya menganggap Serkan seperti putra mereka sendiri.

dan mengetahui Serkan sedang sekarat sekarang, benar- benar membuat Vivi dan Andres syok berat. Sebelum ini,  Serkan juga sempat di rawat dirumah sakit karena ulah Beni. Dan sekarang begitu juga? Tapi bedanya bukan Beni melainkan orang lain yang menurut Vivi memiliki dendam kepada Serkan.

memeluk kakaknya, Orland menghela napas sesak. Hingga pria itu mengikuti suster untuk masuk ke dalam ruang oprasi.

dan selama itu pula, darahnya dialirkan dengan selang ke dalam tubuh putranya yang sekarang sedang tidak sadarkan diri.

Orland menangis, saat kepala putranya saat ini tengah di beda untuk dioprasi.

Orland berdoa semoga Serkan membaik, tapi tiba-tiba dari atas kepala putranya muncrat darah segar. Seketika para dokter dan suster menjadi panik.

"Tutup lobangnya. Beri kapas basah dan jangan biarkan darahnya terus berkeluaran!" teriak dokter memerintah. Rasanya Orland ingin bangkit dan membantu juga.

Dari samping dia memperhatikan wajah Serkan yang dipenuhi selang.

"Darahnya tidak mau berhenti, gimana ini dok?" tanya suster yang menahan kapas dikepala Serkan agar tidak terus mengeluarkan darah.

Dokter tersebut mengambil alih, dengan cepat dia menarik darah yang menggumpal di dekat otak Serkan.

hingga darah dari kepala Sekan tidak lagi bercucuran.

Semuanya termasuk Erlond segera menghembuskan napasnya lega.

"Jahit kepalanya, jangan sampai terkena otaknya. Bisa bermasalah nanti." printah Dokter tersebut.

kemudian, melepaskan selang yang ada ditangan Orland.

"Anda bisa keluar sekarang," ujar dokter tersebut.

"Tapi putra saya akan baik-baik saja kan?" tanya Orland.

"Anda tidak perluh khawatir, kami akan berusaha untuk menyelamatkan nyawa putra anda." ujar dokter tersebut lalu memberi kode kepada bawahaannya untuk mengantar Orland keluar.

dan setelah Orland keluar, Vivi, Lita, Andres dan juga Zhakia segera menghampirinya.

"Bagaimana keadaan Serkan mas?" tanya Lita.

"Serkan baik-baik saja kan?" timpal Vivi bertanya.

Orland terduduk lemas dilantai, dengan kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Dia tertawa dengan air matanya yang terus bercucuran.

membuat yang lainnya menjadi panik dan ketakutan.

"Gimana keadaan Serkan sekarang?!" tanya Vivi seraya menarik kera kemeja Orland.

"Dia..."

semuanya menunggu ucapan Orland yang sempat menggantung.

Saat dia ingin bersuara kembali, pintu ruang operasi terbuka.

memunculkan para dokter dan juga suster dibelakang mereka.

"Pasien sudah baik-baik saja, tapi kami tidak bisa menjanjikan kalau pasien akan segera sadar. Jika dalam waktu 24 jam dia belum sadarkan diri, maaf sepertinya nyawanya tidak dapat kami tolong." ujar Dokter tersebut.

seketika membuat tubuh mereka lemas.

Vivi yang mendengar itu hampir saja pingsan.

"Maaf, kami akan memindahkan pasien Serkan ke kamarnya." kata Dokter tersebut agar, orang yang didepannya ini segera menyingkir karena Serkan yang ada diatas brangkar sekarang akan dipindahkan ke kamarnya.

Melihat itu Siska, memundurkan langkah kakinya. Hingga akhirnya dia berlari ke arah Serkan.

"Kak Serkan!" teriak Siska. Yang bersiap akan menghampirinya tapi para suster menahan tubuh Siska.

begitu juga yang lainnya.

"Hanya boleh satu orang yang menjaga pasien. Kebisingan bisa menganggu ketenangan pasien!" tegas Dokter kemudian memerintah suster untuk mendorong brankar Serkan.
Hingga ke kamar inapnya.

TbC.

Kalian ndak nyesek ^-^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian ndak nyesek ^-^

SERKAN[TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang