BAB|25

224 18 0
                                        

Setelah sampai ke rumahnya yang bak seperti istana. Serkan si gak merasa heran, setelah melihat rumah Khanza, dan ini juga bukan pertama kalinya dia masuk dalam rumah mewah yang seperti rumah gadis disebelahnya. Rumah papanya juga besar hampir seperti ini juga.

Jadi dia gak terlalu katrok lah saat Khanza mengajaknya masuk ke dalam rumah gadis itu.

Duduk disofa, Rendi terus memantau Serkan yang sedang berjalan bersama dengan Khanza.

Pria itu tersenyum miring, lalu kembali membaca koran.

"Serkan, ini tempat aku biasa nonton tv!" ujar Khanza lalu menepuk sekali televisi besar yang ada didepannya.

Serkan hanya bisa menghela napas. Sejak tadi Khanza terus mengajaknya berkeliling rumah, kemudian memamerkan barang miliknya.

kucing Khanza berjalan ke dekat kaki Serkan lalu menggeliat disana. Merasakan itu Serkan langsung bergedik ngeri.

Khanza tersenyum, kemudian mengangkat tubuh Anis kucingnya.

"Halo Serkan, aku Anis. Kita sering ketemu tapi aku belum memperkenalkan diri." Khanza menggerak-gerakan kaki kucingnya. Untuk menyapa Serkan. Cowok itu tetawa, tak lama setelahnya dia meringis kesakitan.

sudut bibirnya akan terasa sakit jika dia berbicara.

menurunkan Anis ke lantai, Khanza mengajak Serkan duduk diruang tamu. Lalu dia menyuru pelayan untuk mengambilkan kotak obat.

"Sakit?" tanya Khanza seraya menekan pelan luka yang ada disudut bibir Serkan dengan kapas.

menggeleng pelan, Serkan menatap wajah gadis didepannya dalam.

"Sudah!" seru Khanza senang.

Serkan lantas membuang muka saat Khanza memergokinya.

"Ehm..." Khanza bangkit. Kemudian dia berjalan mundur, dengan posisi matanya menatap Serkan.

"Aku mau siap-siap dulu. Kamu juga, bi Sera akan mengatar kamu ke kamar tamu." ujar Khanza yang diangguki oleh Serkan.

setelah mengatakan itu Khanza memutar tubuhnya lalu berlari menuju tangga.

Serkan kembali nenyentuh dadanya. Saat dia rasa jantungnya berdebar dengan cepat.

perasaan apa ini?

Membuang pikiran itu jauh-jauh, Serkan dengan kepala pelayan yang benama Sera pergi.

kemudian berhenti di ruang yang ada di lantai bawah. Disebelah ruang kerja Rendi papa Khanza.

"Silahkah anda bersiap-siap, setelah itu datanglah kemeja makan untuk makan malam bersama." ujar Sera kemudian mempersilahkan Serkan masuk ke dalam kamar tamu.

masuk ke dalam kamar tersebut, Serkan yang kelelahan segera menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Sepasangnya matanya ditutup dengan lengan.

Dan saat Serkan memejamkan matanya dia memikirkan teman-temannya yang menangis saat melihatnya pergi. Kepercayaan mereka membuat Serkan terharu untuk sesaat.

Selama ini dia jarang diperhatikan. Bahkan tidak ada yang menangisinya saat dia pergi kecuali teman-temannya.

Dan Serkan tidak tau jika ibu kandungnya pernah menangisi dirinya atau tidak?

Tok...tok...tok..

"Serkan!"

suara ketukan pintu dan juga suara Khanza yang memanggilnya dari luar. Membuat Serkan yang hampir tertidur itu segera bangkit.

dengan cekatan dia mencuci wajahnya kemudian mengganti pakaiannya. Dan setelah merasa dia sudah rapi, Serkan langsung membuka pintu kamarnya untuk pergi melihat.

SERKAN[TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang