Cukup diam dan mengerti segalanya, hanya waktu yang dapat mengungkap siapa dirimu sebenarnya.
No plagiat! Cerita murni ide authornya.
Ceritanya Colab bersama dengan @SalmaBugis dan @Siqi_Naya
Folow akun ini sebelum membaca. Okey!
Beberapa hari lagi ulangan semester satu akan di adakan, soal hubungan Khanza dan Serkan masih sama saja, tidak ada kemajuan apapun. Hanya Serkan sering merasakan jantungnya bekerja dua kali lebih cepat jika berada didekat Khanza. Sementara gadis itu tampak biasa saja, seolah tidak ada perasaan lain selain perasaannya yang menganggap Serkan hanya seorang teman.
Menatap gadis yang tidak lain adalah Khanza yang saat ini tengah dia ajarkan soal rumus mate-matika. Padahal mudah, tapi Khanza untuk memahami rumus anak sd saja butuh waktu satu jam-an.
"Masi gak paham juga?" tanya Serkan, cowok itu duduk disamping Khanza. Tatapannya kesal saat melihat gadis disebelahnya ini terus saja tersenyum menyebalkan. Apa Khanza kira senyumnya bisa meluluhkan hatinya gitu? Tidak. Prinsip Serkan melarang itu.
"Paham gak?" tanya Serkan lagi.
"Paham, tapi cuma dikit." Khanza nyengir kuda. Pulpen ditangannya dia gigit, Serkan terlalu menakutkan saat sedang mengajar. Bahkan lebih menakutkan dari guru kiler seperti pak Darman. Ya Serkan bahkan lebih menakutkan.
Serkan menghela napas kasar. Perlahan tangannya bergerak mengusap wajahnya, tiga detik setelahnya Serkan bangkit.
"Lo pahamin rumusnya! gue mau beli minum." ujar Serkan lalu mengeser buku yang ada disampingnya ke dekat Khanza.
tersenyum lebar seraya memberi hormat. Khanza berkata.
"Siap!"
Serkan menggeleng pelan, bisanya gadis itu tersenyum padahal sebentar lagi akan ujian.
Setelah berpamitan akhirnya Serkan keluar dari kelasnya.
Dan saat Serkan berjalan melewati kelas 12 Ipa A . Danis langsung menghalangi jalannya.
"Lo gak lupakan? Lusa ulangan berarti satu minggu lagi lo bakal jadi babu gue!" kata Denis seraya tersenyum miring, cowok itu sudah menunggu lama untuk ini dan sekarang tinggal menghitung hari saja. Maka Serkan, cowok yang terkenal kasar dan ditakuti oleh seluruh sekolah akan jadi babunya.
Menatap Danis dengan dingin, Serkan berkata.
"Gue gak akan lupa, tentu saja lo yang harus siap-siap jadi babu gue!" ucap Serkan, membuat Denis mendengus sebal.
Setelah mengatakan itu Serkan cowok itu menepis tubuh Danis kasar.
***
Bel pulang akhirnya berbunyi, membuat semuanya bersorak. Hari ini mungkin saja karena besok sudah mulai ujian, bisa saja Serkan akan memberikan kebebasan untuk mereka beristirahat.
Tapi pemikiran mereka tentang itu seketika pupus. Saat melihat Serkan datang dengan setumpuk lebaran kertas soal diatas tangannya.
"Jangan ada yang pulang!" tegas Serkan. maniknya menajam memperhatikan teman-temannya yang sibuk ingin pulang.
"Gue bilang jangan ada yang pulang. gue kayak gini juga demi kalian, bisa gak kalian semua jangan malas-malasan kayak gini?!" ketus Serkan emosi.
Melihat Serkan yang Sudah emosi, mereka semua akhirnya terdiam.
Hingga suara Serkan kembali terdengar.
"Farel lo nyapu, dan yang lain bantu bersihin semua. Besok ulangan akan dilaksanakan, kemungkinan pengawas akan datang jadi kelas kita harus bersih." tutur Serkan menjelaskan.
"kerjakan sekarang!" printah Serkan dengan tegas yang dimana membuat seisi kelas segera membersihkan kelas.
"Serkan kamu yakin bisa menang?" tanya Khanza yang berdiri di samping Serkan, bagaimanapun Khanza tidak mau jika Serkan kalah dan menjadi babu Danis.
"Gue pasti menang. karena gue gak bisa biarin penghuni kelas ini dikata-katain lagi mulai dari sekarang!" kata Serkan kesal sekali rasanya mengingat ucapan kelas lain tentang kelasnya.
Setelah mengatakan itu Serkan langsung pergi keluar dari kelasnya. Sedangkan Khanza mengekori Serkan dari belakang.
Serkan keluar untuk melihat, pekerjaan Desta dan Siska yang sedang mengelap jendela.
"Ngelap yang benar!" tegur Serkan yang membuat Siska dan Desta terbelalak kaget.
"Kak aku capek, apa kakak gak kasian sama aku?" rengek Siska berharap agar Serkan tidak menyuruh-nyuruhnya seperti yang lain.
"Gak!" tandas Serkan ketus, lalu kembali masuk kedalam kelasnya. Dan lagi-lagi Khanza mengekorinya dari belakang.
Manatap kepergian Serkan dan Khanza membuat Siska kesal hingga mengepalkan kedua tangannya.
"Gue ramal bentar lagi gue pulang." gumam Farel yang masih setia menyapu lantai.
"Ramalan lo gak akan terwujud kalau kelas ini gak bersih!" ucap Serkan tiba-tiba dari belakang yang dimana membuat Farel langsung kaget.
"Nyapu yang benar! Baru bisa pulang. Sebelum itu jangan berharap!" jelas Serkan yang dibalas anggukan patuh dari Farel.
"Serkan kamu gak capek?" tanya Khanza yang kini berdiri di samping Serkan, cowok itu sedari tadi tengah mengawasi teman-temannya.
"Gak."jawab Serkan tanpa menoleh menatap gadis disebelahnya.
"Nih minum dulu." ujar Khanza sembari menyodorkan botol minumnya ke arah Serkan.
"Gue gak haus!" tolak Serkan.
"Minum dikit aja ya? emangnya kamu gak capek apa dari tadi negur sana-sini?" desak Khanza agar Serkan mau minum.
melirik Khanza, dengan ekspresi malas cowok itu meraih botol minuman Khanza lalu menenggaknya hingga tanpa sadar minuman itu habis.
Khanza tersenyum melihatnya.
"Makasih." Serkan memberikan botol minuman itu kembali ke sang pemilik.
Dita, yang sejak tadi memperhatikan Serkan Dan Khanza. Cewek itu, Kalau tidak salah dia tadi melihat Khanza sudah meminumnya lebih dulu, sebelum Serkan.
"Eh bentar-bentar, Khanza itu botol minum lo kan?" tanya Dita langsung.
Menoleh, dengan cepat Khanza menganggukkan kepalanya.
"Iya, emangnya kenapa?" tanya Khanza bingung.
"Tanpa sengaja berarti lo berdua udah ciuman dong?" pekik Dita heboh, mendengar teriakan Dita. Seisi kelas langsung masuk untuk melihat.
Serkan Dan Khanza saling bertukar pandang.
mendesah tidak percaya, Khanza terkekeh pelan. Bagaimana bisa itu disebut ciuman? Ada- ada saja.
"Apaan si Dit, enggak kok aku kan cuman nawarin minum." jelas Khanza supaya tidak ada yang salah paham dengannya.
Tapi Penjelasannya malah membuatnya terlihat sedang menyembunyikan sesuatu.
"Lo sengajakan ngasi botol minum lo ke serkan!" tanya Siska marah, rasanya dia ingin menjambak rambut Khanza tetapi deluan di tahan oleh tangan kekar Serkan.
"Jangan coba-coba!" ketus Serkan lalu menepis tangan Siska kasar, dan kemudian beralih menarik tangan Khanza.
Setelah Serkan Dan Khanza keluar, kelas 12 IPS B. Kini sedang bergosip. Siapa lagi Kalau bukan Serkan dan Khanza yang sedang mereka gosipkan.
TbC.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.