04. Argh! Bodoh

2.3K 70 0
                                    

Sudah hampir dua minggu setelah kejadian itu. Lucky sama sekali tidak pernah lagi melihat Arishfa akhirnya ia mencoba untuk melupakan nya dan merahasiakan nya dari Avneet. Sekali 'bermain' tidak mungkin langsung jadi bukan? Pikir Lucky.

Dilain Sisi seorang gadis masih setia mengurung dirinya didalam kamar. Sudah dua minggu namun ia tak pernah pergi dari kamar, dirinya hanya menghabiskan waktu didalam kamarnya menangis mengingat kejadian diclub itu yang membuatnya tidak suci lagi.

Apa masih ada laki laki yang mau dengan dirinya setelah mahkotanya diambil paksa oleh pria itu? Seperti nya tidak ada.

Lalu bagaimana dengan masa depan ku? Apa yang harus katakan pada kakak ku?

"Dek, keluar lah kamu sudah mengurung dirimu dua minggu loh. Sebenarnya kamu kenapa? Cerita sama kakak. Jangan bikin kakak khawatir dek" Kata Danish-kakak Arishfa yang selalu mengentuk pintu kamar adiknya berharap akan dibukakan oleh gadis itu namun ternyata masih sama tidak.
Hiks hiks.

Danish semakin tambah khawatir apalagi kembali mendengar suara tangisan adiknya itu.

"Dek buka pintunya atau kakak dobrak?" Ancam Danish.

Arishfa masih tetap tidak peduli dengan kakaknya. Pandangan nya kosong ia bahkan sampai sekarang masih merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.

"Baiklah kakak akan dobrak pintunya" Kata Danish.

Dan benar saja pintu pun langsung terbuka mata Danish terpaku menatap adiknya yang duduk didekat jendela sembari memeluk kedua lututnya.

"Hei kamu kenapa? Katakan ada apa? Kenapa menangis terus? Katakan?" Kata Danish yang sudah tidak sabar.

Arishfa mengangkat kepalanya dan menatap kakak nya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tak tega memberitahu kakak nya semuanya bisa-bisa dirinya malah membuat malu kakak nya.

"Katakan dek ada apa?" Bentak Danish yang sudah tidak sabar lagi. Baru saja Arishfa akan mengatakan nya namun tidak jadi karena tubuhnya sudah ambruk dipelukan Danish.

Setelah diperiksa oleh dokter Danish langsung menanyai kondisi adiknya itu.

"Dok adik saya kenapa?" Tanya Danish.

"Adik tuan hanya stress saja mungkin banyak pikiran dan juga makan nya tidak teratur sehingga membuat dia pingsan" Jelas dokter.

"Baiklah terima kasih dokter" Kata Danish.

"Oh iya tuan, Mm saya ragu untuk mengatakan ini" Kata Dokter.

Danish mengerutkan dahinya bingung.

"Apa dokter? Katakan saja pada saya?" Tanya Danish.

"Sepertinya adik tuan sedang hamil" Kata Dokter.

Deg.

Tubuh Danish seketika lemas mendengar ucapan dokter barusan. Apa tadi katanya? Apa ia tak salah dengar?

Adiknya sedang hamil?

Hamil?

Hamil?

Hamil?

Tapi anak siapa?

Siapa pria yang sudah berani menghamili adiknya itu.

"A-pa dok? H-amil?" Tanya Danish tak percaya.

"Iya setelah saya periksa perutnya saya merasa disitu tumbuh seorang janin jadi adik tuan sedang hamil bisa saya perkirakan kehamilan nya baru dua minggu" Jelas dokter.

Cinta Yang Memilih [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang