Author pov.
Yena sedang duduk seorang diri di bangku taman kota setelah dirinya bermain skateboard.Sejak tadi yena hanya menatap kosong ke depan sambil sesekali menyesap rokok elektrik yang berada di tangannya.
"Yena unnie."
Yena langsung menoleh ketika ada yang memanggilnya.
"Yiren ?"
Bidadari dateng tanpa disengaja.
"Unnie ngapain di sini sendirian ?"
"Ah tadi gue abis main skateboard, lo sendiri ngapain ?"
"Aku juga mau belajar nih."
Orang yang ternyata adalah yiren itu menunjukkan skateboard yang dibawanya.
"Tumben ga minta tolong gue buat ngajarin ?"
"Hehehe gapapa un, aku pengen nyoba belajar sendiri. Unnie udah lama di sini ?" Yiren bertanya sambil mendudukkan diri di sebelah yena.
"Hmm, lumayan, udah tiga jam mungkin."
"Oh, unnie gapapa ?"
Yena menoleh untuk menatap yiren.
"Maksudnya ?"
"Tadi aku liat unnie natap kosong ke depan sambil nge-vape. Ga tau sih aneh aja liat orang yang biasanya ceria tiba-tiba kayak gini."
Yena tersenyum getir, dan selalu seperti itu akhir-akhir. Senyum yang yena tunjukkan tidak bisa ke luar dengan tulus.
Yena kembali menatap kosong ke depan sebelum menjawab perkataan yiren.
"Gimana ya, gue juga bingung gue kenapa."
Yiren tersenyum lalu memberanikan diri untuk memegang bahu yena.
"Un, terkadang gapapa kok untuk terlihat ga baik-baik aja.
Unnie, aku ga maksa, tapi kalau unnie mau cerita sesuatu, aku siap dengerin."Yiren dapat melihat yena menundukkan kepalanya lalu menghembuskan nafas dengan berat.
"Hah..
Iya, sebenernya gue ga sekuat yang dipikirin orang-orang. Selalu ketawa, senyum bahagia, bertingkah lucu. Sebenernya itu semua gue lakuin buat nutupin masalah yang sedang terjadi di dalam hidup gue.""Unnie."
"Hmm ?"
"Mau peluk aku ga ?"
Perkataan yiren itu berhasil membuat yena kembali menoleh dan menatap yiren sambil mengangkat satu alisnya karena merasa bingung melihat yiren yang saat ini sudah merentangkan kedua tangannya.
"Kalau aku jadi unnie, aku juga pasti bakalan nangis. Karena nyatanya kehilangan orang yang kita sayang itu ga semudah yang dipikirkan."
Yena hanya menatap yiren cukup lama.
Yiren yang melihat itu malah tersenyum lalu mendekatkan diri kepada yena.
Tidak lama kemudian yiren memutuskan untuk memeluk yena terlebih dahulu.
Awalnya yena sedikit terkejut, namun akhirnya yena hanya pasrah karena tidak bisa dipungkiri bahwa hal seperti itu lah yang yena butuhkan saat ini, sebuah pelukkan."Un, terkadang gapapa biarin dunia tau kalau unnie sedang ga baik-baik aja. Nangis aja kalau emang itu diperlukan dan bisa bikin hati unnie lega."
Yena tidak mengucapkan apa-apa namun dapat dirasakan bahu yiren mulai basah.
Yena melakukan sesuatu yang sangat menyakitkan, yaitu menangis dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girls
FanfictionBercerita tentang anak-anak yang nakalnya di luar ambang batas, namun juga sangat genius. MOHON DIBACA! Ini cerita ( gxg ) jadi jangan tanya" tentang gender lagi. Ga suka ? Ga usah dibaca bossque! Cukup di SKIP!