4. | Memulai untuk mengakhiri.

5.5K 728 183
                                    

JANGAN LUPAA!

☆        ✉           ⎙ㅤ     ⌲
ˡⁱᵏᵉ  ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ    ˢᵃᵛᵉ    ˢʰᵃʳᵉ

🃏

Malam hari telah tiba. Cheryl memakai baju santai ketika berada di rumah. Perasaannya sudah sejak tadi merasa tak enak.

Di ruang tamu hanya ada ia dan Wira yang hanya berdiam-diaman menunggu Raiden datang.

Tingnong..

Bell berbunyi. Seperti ada tamu. Apakah itu Raiden? Karna tak mungkin ada yang bertamu malem-malem sebelum mempunyai janji untuk bertemu.

"Masuk."

Raiden membuka pintu. Tubuhnya sangat kaku melihat Wira yang sedang menatapnya dengan aura yang begitu menyeramkan.

Raiden menyakinkan dirinya untuk berusaha biasa-biasa saja saat berhadapan dengan Wira.

"Selamat malam om."Raiden menyalami tangan Wira dengan memberikan senyuman.

"Waalaikumsalam."

Raiden menelan saliva susah payah. Ia mengaruk tekuk belakangnya. "Assalamualaikum."Ralatnya mengulangi perkataannya yang tadi.

"Silahkan duduk."Wira berkata dengan dingin.

Raiden menganguk kaku. Ia mengambil tempat duduk di sebelah Cheryl.

Tapi, sebelum benar-benar duduk terlebih dahulu sebuah sendal terbang ke arahnya.

"Jangan duduk di dekat anak saya! Bukan muhrim."

Raiden menjaga jarak walau niat hati tak ingin.

"Sudah hafal berapa juz?"

Raiden tersontak kaget. Pertanyaan pertama saja sudah seperti ini, bagaimana dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya?

Raiden bingung menjawabnya.

Cheryl ikutan bingung serta gelisah. Pasalnya, Raiden tidak pernah mengaji. Serta hafal satu juz saja rasanya sangat mustahil.

"Em baru 5 juz, om."

"Oke. Kalo gitu saya ingin mengetest kamu."

Lagi-lagi, jantung Raiden ingin copot. Bisa-bisa jantungnya akan copot beneran jika seperti ini terus.

Nyalinya langsung menciut duluan. Ia berkata 5 juz itu berbohong. Tapi jika sudah begini apa jadinya?

Raiden tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa menyerah saja.

"Yah, jangan gitu. Kasian Raidennya kayak lagi di introgasi sama malaikat."Cheryl meredakan suasana. Ia harus menyelamatkan Raiden dari pertanyaan maut ini.

"Kamu diam saja, Cheryl. Biar Ayah sama dia yang berbicara."

Cheryl menurut. Jika Wira sudah meminta seperti itu, ia bisa apa?

Wira yang melihat Raiden diam saja, semakin yakin jika laki-laki itu sudah berbohong. "Kenapa diem? Jika tidak hafal, sebaiknya jangan berbohong! Saya sangat tidak suka laki-laki pembohong seperti anda! Putuskan anak saya, dan jangan pernah lagi mendekatinya! Mengerti?!"

CHERYL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang