Ayah adalah sosok hebat yang selalu berusaha kuat di depan anaknya meskipun berat beban yang dipikulnya.
—Tentang Diana.
🕊️
Suasana sepi menyelimuti mobil yang ditumpangi oleh Agasa dan Diana. Mereka sama-sama tak bicara. Sebenarnya Diana tipikal benci kesepian, tapi entah kenapa jika bersama Agasa, Diana merasa dirinya berubah, tidak ada lagi Diana yang berani mengawali percakapan dan berbincang-bincang kecuali jika Diana khilaf.
"Kamu marah sama aku, Na?"
Sontak Diana menoleh ke samping—tepatnya pada Agasa yang duduk di kursi kemudi.
"Engga, Gas. Emang kayak marah ya?" ringis Diana, merasa bersalah.
"Gak biasanya diem, tapi emang sih kalau sama aku kamu kayak jadi diem gitu gak kayak pas lagi sama yang lain gak bisa diem. Emangnya kenapa sih?"
Diana menggeleng. "Aku gak tahu, Gas. Ngerasa ada sisi lain aja kalau lagi sama kamu. Aneh ya?" Diana menggaruk tengkuknya.
Agasa tersenyum sangat lebar bahkan Diana bisa melihat mata tajam itu menyipit, ini langka dan hanya Diana yang bisa melihat ini karena biasanya Agasa selalu menampilkan wajah datarnya.
"Aku gak masalah, Na, asal kamu nyaman."
Diana jadi merasa bersalah jika seperti ini karena Diana tahu jika ujung dari semua ini adalah perpisahan, dia tidak siap melangkah lebih jauh seperti pasangan lainnya. Meskipun ini masih SMA, tapi rasanya Diana merasa jadi jahat karena menggenggam yang tak seharusnya dia genggam.
"Are you okay, Na?"
Alih-alih menjawab Diana justru memilih menyenderkan tubuhnya pada bahu Agasa.
"Aku tahu aku egois, Gas, tapi untuk saat ini aku belum siap kehilangan kamu, meskipun aku tahu aku terkadang cuek dan acuh sama kamu, tapi aku sayang sama kamu, Gas."
Tangan Agasa yang bebas membuatnya dengan mudah terulur untuk mengacak pelan rambut Diana. "Aku tahu, Na. Semua orang punya cara sendiri untuk mencintai dan itu semua cara kamu buat mencintai aku? Aku terima kok, kamu mau jadi pacar aku aja aku bahagia."
Diana mendongak menatap mata tajam milik Agasa kemudian Diana kembali menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Agasa membuat Agasa tersenyum senang karena kali ini Diana sedang manja mode on. Ini jarang dan ini sangat Agasa sukai.
***
"Eh bekas! Denger ya! Gue gak akan pernah mau balikan sama lo karena menurut gue balikan sama lo kayak balik ke jurang yang sama, endingnya terjun dan sakit."
"Eh, siapa juga yang mau balikan sama cewek bar-bar kayak lo, mending jomblo gue!"
"Alah! Muna lo! Buktinya lo belum punya pacar kan setelah putus dari gue?"
"Gak ngaca mba? Lo juga jomblo oon!"
Perdebatan terhenti kala mereka sama-sama terdiam. Terlebih Bianca karena dia merasa di skak mat oleh mantannya–Zemi Aldiansyah.
"Kalau masih saling sayang tuh ya balikan bukannya malah debat gak karuan!" Pria bernama Naka Gunawan merangkul Zemi dan menatap sahabatnya seraya menaik-turunkan sebelah alisnya.
"Apa yang dibilang sama Naka bener lho, Zem, Bi. Jangan gengsi lah, gak malu apa sama anak-anak SD yang banyak gandengan bahkan manggilnya ayah bunda?" Kini giliran si playboy Devon Mahesa yang bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Fiksi Remaja#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...