Bab 28 - Kegeraman Agasa

3.3K 166 61
                                    

Biarkan kali ini aku yang kembali berkorban. Jika dulu itu untuk ku sendiri, maka sekarang ku lakukan untuk anakku.

—Tentang Diana.

🕊

Canda tawa tercipta jelas diantara dua keluarga yang kini berkumpul di ruang tamu kediaman Adimas. Mereka yang tak lain adalah keluarga Adimas sendiri dan juga keluarga besan sedang asyik bergurau. Sejak kepulangan Diana dua jam lalu mereka memang asyik berbincang mengenai janin yang dikandung Diana.

"Masih suka mual gak?"

"Masih, Bun, tapi pas keluar gak ada apa-apa palingan cairan putih gitu."

"Emang gitu sih, Na. Jangan kaget ya."

Diana mengangguk canggung.

"Oh iya, Dek. Udah pernah ngidam?" Olivia si penanya yang kini duduk di samping sang suami menunggu jawaban dari adik iparnya.

"Eng–"

"Pernah, Kak, minta dipeluk pas tidur." Agasa memotong jawaban Diana.

Semua yang mendengar itu lantas tertawa kecuali Agasa dan Diana. Agasa terlihat santai sedangkan Diana malu-malu.

"Kok ketawa?" tanya Agasa heran, "padahal itu ngidam kan? Ngidam tuh keinginan pas lagi hamil kan?" Dengan tampang polosnya Agasa meyakinkan bahwa dugaannya benar.

"Gini nih, Gas, kayaknya itu emang ngidam dan kita ketawa bukan karena jawaban kamu, tapi wajah kamunya polos banget. Ngakak Bunda."

"Bun gak baik." Erwin memperingati,  dirinya memang tertawa, tapi tidak se-over istrinya dan Olivia.

"Iya, Yah maaf." Vena mengalihkan pandangan ke arah sang besan. "Maaf, Pak Adimas."

Adimas tersenyum persis seperti senyum kala Vena dan keluarga datang pertama kalinya ke sini.

"Gapapa, Bu, saya ngerti kok."

Semua kembali berlanjut dengan normal. Banyak yang dua keluarga ini bahas diantara membahas soal Diana yang terpaksa harus menunda kuliahnya satu tahun sampai akhirnya nanti saat Agasa memasuki semester tiga, baru Diana mendaftar kuliah.

Awalnya memang Diana sangat berat, tapi dia juga belum siap jika harus mendengar gunjingan semua orang melihatnya berbadan dua. Rasanya itu sangat bahaya untuknya dan juga anaknya.

Biarkan saja kali ini Diana berkorban demi anaknya.

Ya, anaknya.

Adimas mengusap bahu Diana membuat Diana menoleh ke arahnya. "Papa tahu ini berat, tapi yakin ya ini yang terbaik buat Diana."

Senyum Diana merekah mendengar kalimat penenang dari Adimas. Cukup bahkan lebih cukup. Kalimat penenang dari Adimas selalu berhasil membuat Diana tenang dan ikhlas menjalani semuanya.

Ya, memang hanya Adimas yang bisa. Rasanya Agasa belum sampai ke sana dalam hidup Diana meskipun Diana akui bahwa kedua lelaki itu memiliki ruang spesial di hati dan hidupnya.

Dua lelaki terbaik di dunia ini, ya mereka, Adimas dan Agasa.

***

"Susah-susah berdua, masuk SBMPTN berdua, semuanya berdua ... Ya begitulah Devon dan Naka!!!"

Suara nyanyian Devon membuat konsentrasi Naka buyar kemudian pria yang ber-akhlak itu melemparkan bantal sofa ke arah Devon.

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang