Bab 17 - Agasa Cemburu

3.9K 204 22
                                    


Berjuanglah karena usaha kalian tak akan berkahir sia-sia, jika kau kalah maka bangkitlah, masih ada kesempatan untuk mereka yang tak pernah menyerah.
—Tentang Diana.

🕊


Dua hari setelah prom night Diana kembali ke sekolah karena permintaan kepala sekolahnya. Sebenernya Diana penasaran ada urusan apa kepala sekolahnya itu memanggil dirinya ke sekolah? Padahal selama dia sekolah dia tak pernah berbuat salah.

"Maaf ya aku gak bisa ikut ke dalem."

Diana mengangguk, lagipula dia bisa sendiri tanpa harus adanya Agasa. Soal Agasa yang tidak bisa menemaninya katanya Agasa ada janji dengan ketiga sahabatnya.

"Yaudah aku masuk ya?"

"Yaudah hati-hati."

Diana tersenyum seraya mengangguk kemudian tangannya memegang tangan Agasa dan menciumnya bak istri pamit pada suami seperti biasanya.

Agasa yang diperlakukan itu pun ikut menghangat, dia tak menyangka jika orang yang pertama melakukan hal ini padanya adalah Diana. Wanita yang dulunya sangat susah untuk dia taklukan.

Diana menjauhkan wajahnya dari tangan Agasa kemudian menatap Agasa seraya menampilkan senyum terbaiknya.

"Yaudah aku berangkat ya, kamu juga hati-hati sama trio itu."

Agasa mengangguk dengan tangan yang terulur mengelus puncak kepala Diana.

***

"Bapak lihat wajah kamu makin berseri, Na, lagi bahagia ya?"

Diana tersenyum kikuk. "Bahagia mah harus, Pak."

"Gak mau cerita nih yang semalam jadi couple goals SMA Putih Abu?"

"Bapak tahu?"

Pak Ramdan mengangguk. "Bapak lihat di IG oska."

Aduh Diana malu jika seperti ini ceritanya.

"Kamu tenang saja Diana, Bapak pernah muda kok."

Diana hanya bisa tersenyum tipis membuat Pak Ramdan mengambil sesuatu di laci mejanya.

"Bapak sangat bangga dengan kamu, Nak. Meskipun kamu pacaran, tapi tidak membuat nilai kamu turun bahkan nilai kamu jadi bertambah."

"Terimakasih, Pak, tapi ini semua berkat papa saya juga yang selalu mendoakan saya."

Pak Ramdan bahkan seluruh guru di SMA Putih Abu tahu jika Diana memang korban perceraian orang tuanya.

"Yasudah sekarang bapak mau tunjukan sesuatu sama kamu." Pak Ramdan menyodorkan beberapa amplop berlogokan universitas terkenal dan bagus di Indonesia membuat kening Diana menyerngit.

"Ini apa, Pak?"

"Itu undangan buat kamu Diana. Setelah pihak kampus tahu nem kamu 39,7 banyak yang menawarkan diri pada kamu melalui Bapak."

Sungguh Diana tidak percaya jika dia akan berada di titik seperti ini? Ya Tuhan siapa yang tidak mau kuliah dengan jalur undangan pihak kampus?

"Bapak bangga sama kamu, Nak dan Bapak tahu ini sangat pantas kamu dapatkan. Ini semua hasil usaha kamu selama tiga tahun ini dan Bapak harap kamu bisa memilih yang terbaik ya, Nak."

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang