Jika kamu memang mencintainya. Makanya sejauh apapun kau melangkah, tempat mu pulang ya dirinya.
—Tentang Diana.🕊️
Sesaat setelah bergelut dengan pikirannya akhirnya Agasa menyerah. Dia tidak akan pernah siap jika harus pisah dengan Diana. Bagi Agasa, Diana adalah cinta sejatinya. Dulu dia bahkan harus menurunkan gengsinya untuk mendapatkan hati Diana. Jadi sangat disayangkan jika dia dengan mudahnya melepaskan Diana begitu saja.Sekarang dia sudah berada di depan pintu ruangan istrinya berada bahkan tangannya sudah memegang handle pintu dan jika saja dia menarik ke bawah pasti pintu akan terbuka.
Akan tetapi, Agasa masih belum siap. Dia ragu, dia malu. Ragu bisa bersikap seperti biasa di depan Diana dan malu pada papa mertuanya. Namun, jika Agasa terus seperti ini mungkin dia akan kehilangan Diana.
Dengan sekali hembusan nafas Agasa menarik handle pintu ke bawah dan ceklek pintu ruangan Diana terbuka. Yang pertama dia lihat adalah tubuh Diana yang terbaring di ranjang.
Apa yang Erwin katakan benar dia terlalu pengecut membiarkan istrinya berjuang sendiri. Maafkan hamba ya Allah. Batinnya.
"Agasa?" ujar Adimas tak percaya saat melihat Agasa datang, kemudian berdiri dan maju mendekat pada menantunya itu. "Makasih ya, Nak, kamu sudah mau ke sini," ucap Adimas seakan-akan tak terjadi apa-apa. Bahkan pria paruh baya ini menganggap dirinyalah yang pantas berterimakasih padahal seharusnya Agasa yang mengucapkan kata itu karena masih Adimas terima di sini.
Agasa mengangguk kikuk seraya tersenyum. "Gak usah makasih, Pa, seharusnya Agasa yang bilang itu karena Papa udah mau jagain Diana."
Senyum terpatri di wajah Adimas yang kian menua termakan usia.
"Papa tahu kamu kecewa, Papa pernah ada di posisi kamu dan Papa yakin jika kamu memang sayang sama Diana kamu akan kembali karena sejauh apapun kamu melangkah Diana lah rumah kamu."
Sherena, mantan istrinya Adimas, mamanya Diana, dulu sempat seperti Diana ingin menggugurkan kandungannya tepat saat perempuan itu mengandung Diana.
"Sekarang boleh Papa titip Diana ke kamu? Papa harus pulang sekalian nyiapin keperluan Diana sama kamu. Besok pagi Papa ke sini dan kembali kerja. Gapapa?" lanjut Adimas.
Agasa mengangguk mantap, kali ini Agasa tidak ragu karena dia sadar apa yang Adimas katakan benar adanya. Sejauh apapun Agasa melangkah, tetap Diana tempat dia pulang. Karena Agasa mencintai wanita itu. Karena Agasa menyanyangi wanita itu terlebih ada buah hati keduanya di rahim wanita itu.
Adimas menepuk pundak Agasa dua kali. "Makasih, Nak, Papa percaya kamu bisa menjaga Diana."
***
Di kediaman Erwin Prakarsa tepatnya di ruang keluarga sepasang suami istri yang tak lain adalah Erwin dan Vena kini duduk berdempetan tak lupa Vena yang menyenderkan kepalanya di dada sang suami sedangkan Erwin merangkul pundak istrinya.
Kelihatan tak terjadi apa-apa padahal Vena sedang berusaha mati-matian membujuk suaminya agar tak lagi sekeras tadi pada anaknya, tapi yang namanya Erwin tetap lah Erwin, pria tegas nan disiplin.
"Agasa laki-laki, Bun, dia pantas diperlakukan seperti itu."
Sudah puluhan kali Erwin mengatakan itu dan sudah puluhan kali pula Vena menghela nafas mendengar.
"Iya, Bunda tahu Agasa laki-laki, tapi jangan bawa kata cerai, Yah, gak baik."
"Ayah tahu, tapi kalau engga gitu mana mungkin tuh Agasa ke rumah sakit sekarang."
![](https://img.wattpad.com/cover/215237899-288-k920028.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Teen Fiction#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...