Bab 8 - Penolakan Diana

4.9K 251 18
                                    

Rasa benci ku untuk mu selalu kalah oleh rasa cinta ku untuk mu.
Aku memang lemah, untuk itu maaf aku memilih pergi untuk selamanya.
—Tentang Diana.

🕊️

Senyum merekah tak hentinya terbit di wajah cantik nan manis milik Diana. Bagiamana tidak senang jika tadi selepas sholat subuh Diana ditelpon oleh papanya.

"Assalammualaikum, sayang."

"Waalikumussalam, papa."

"Jangan lupa berdoa ya, semangat terus dan yang paling penting sarapan. Pokoknya maafin papa ya? Nanti hari rabu, papa janji pasti papa yang bakalan bangunin Ana terus kita sholat tahajud bareng ya, Nak."

Sungguh perhatian dari sang papa sangatlah berharga untuk Diana. Meskipun rasa sedih itu juga tiba karena Diana sudah mengecewakan sang papa.

Akan tetapi, hal ini bukan alasan untuk Diana untuk tidak melangkah ke depannya.

Sekarang dia bisa melihat jika banyak siswa berkumpul di depan ruangannya masing-masing membuat Diana menghembuskan nafasnya sebelum akhirnya harus bergabung dengan teman-temannya.

"Dianaaaaa," sapa Bianca seraya melambaikan tangan dibalas senyuman singkat nan tipis oleh Diana. Sontak hal itu membuat Bianca merenggut kesal. "Ih! Lo kenapa sih? Gak mood? Padahal gue pengen cerita lho kalau gue udah belajar dan lo tahu?"

Diana yang kini sudah duduk di samping Bianca langsung menggeleng menjawab pertanyaan Bianca. "Gue paham sama pelajarannya dan ya semoga aja apa yang gue pahami itu yang keluar," ujarnya antusias membuat Diana kembali tersenyum, tapi saat ini senyum tulus karena Diana tahu ini sangat penting untuk Bianca.

Biasanya jika ujian pasti Bianca akan minta diajari oleh Diana, tapi kali ini tidak.

"Di lo lagi ada masalah ya?" tanya Bianca menyadari perubahan drastis dari Diana. Dia mengenal Diana bukan sehari dua hari melainkan belasan tahun. Jadi, jangan harap Diana bisa membohonginya, begitupun sebaliknya.

Diana menggeleng lemah sebelum akhirnya matanya bertemu dengan manik mata yang kemarin lusa telah mengambil kehormatannya.

Hal itu tidak berjalan lama hanya beberapa detik, tapi Bianca yang melihat Diana memutuskan kontak mata itu dengan cara memalingkan kasar mukanya tanpa ada senyuman khasnya kini bisa menyimpulkan bahwa keduanya sedang tidak baik-baik saja.

Bianca mengguncang pelan tubuh Diana. "Lo baik-baik aja kan sama Agasa?" tanya Bianca penasaran dan khawatir secara bersamaan.

"Ini belum saatnya, Bi. Kita bahas ini selesai hari ke empat ujian ya? Gue gak mau masalah ini harus ngusik pikiran kita."

"Okay, tapi lo inget ya ada gue yang akan selalu ada dan siap denger keluh kesah lo."

"Iya-iya."

"Maaf, Bi, gue gak bisa cerita yang sebenarnya sampai kapanpun karena gue tahu hal ini pasti bakalan buat lo kecewa," lanjut Diana membatin.

***

"Lo lagi ada masalah ya sama Agasa?"

Diana menoleh ke samping dan mendapati Devon yang memang duduk bersampingan dengannya. Ujian hari pertama telah usai, membuat Devon berani mengajak Diana bicara.

"Gue gak mau bahas siapapun, Dev, termasuk bahas diri gue. Sorry."

Devon mengangguk paham dan akhirnya membuat Diana bergegas meninggalkan ruangan ini dan menyisakan Devon yang masih bertanya-tanya: ada apa dengan Agasa dan Diana?

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang