Bab 42 - Bertahanlah Nak, Mama Mohon

5.3K 194 46
                                    


Kau boleh sakiti aku, tapi tidak dengan anakku. Dia pantas untuk melihat indah dan kejamnya dunia. Terlebih banyak orang yang menginginkannya. Ku mohon bertahanlah, Nak, demi mereka....

-Tentang Diana.

🕊️


Pria dengan koko putih dan celana bahan hitamnya itu berdiri di depan pintu putih milik rumah mertuanya. Agasa, ya pria itu dia. Setelah mendapat siraman rohani dari Zemi tanpa peduli waktu Agasa bergegas ke rumah Adimas karena saat dia sampai di rumahnya dia tak menemukan Diana.

"Gue tahu rumah tangga bukan hanya soal melakukan itu, tapi menurut gue itu hal utama dari hubungan kalian karena lo tahu sendiri kenapa kalian bisa nikah karena melakukan itu kan? Diana butuh terapi, Gas, tapi secara perlahan karena adanya lo, Diana bisa sembuh. Jadi, masih mau mikir dia gak butuh lo?"

Kalimat panjang Zemi sebelum Agasa keluar dari apartemen Zemi bak alarm yang mengingatkan dirinya untuk menyadari kesalahannya dan segera menemui Diana.

Kali ini sudah tiga kali dia memencet bel dan terdengar suara teriakan Adimas yang memerintah dirinya untuk menunggu.

Selang beberapa detik akhirnya pintu putih itu terbuka menampilkan sosok Adimas yang sama dengannya-mengenakan koko putih dan bahkan pria setengah abad lebih ini memakai sarung.

"Pa, Agasa mau ketemu Diana." Tak peduli dengan salam, Agasa langsung mengatakan tujuannya.

Adimas menggeleng. "Diana lagi gak mau ketemu sama kamu, Gas dan dia hanya nitip ini." Adimas menyodorkan lipatan kertas pada Agasa. Agasa lantas menerima kertas itu dan membuka lipatannya agar dia bisa membaca tulisan dibaliknya.

Seminggu lagi surat gugatan akan sampai, Gas. Aku mohon selama itu jangan ganggu aku dan soal anak aku janji gak bakalan larang kamu buat ketemu karena aku sadar kamu papanya.
-Diana.

"Enggak!" Sontak Adimas terlonjak kaget mendengar teriakan Agasa bahkan Agasa merobek kertas tadi kemudian membuangnya asal.

"Pa, Agasa mohon Agasa pengen ketemu sama Diana," ujar Agasa menuntut sekaligus memohon pada sang mertua.

"Papa gak tahu isi surat itu, tapi Papa yakin Diana sudah menjelaskan semuanya Agasa. Jadi, Papa harap kamu mengerti itu."

"Enggak, Pa! Sampai kapanpun Agasa engga mau pisah sama Diana, Pa. Agasa mohon, Pa! Agasa pengen ketemu sama Diana, Pa. Cuman Diana yang Agasa butuhkan sekarang, Pa."

"Ma-maksud kamu apa? Diana minta cerai?" tanya Adimas tak percaya. Apakah Diana sadar dengan tindakannya? Adimas memang sudah tahu semua, tapi jika soal cerai sungguh Adimas tak percaya dan bahkan saat Diana tiba ke rumah ini dengan derai air mata sampai dini hari ini tak pernah ada kata cerai terucap dari bibirnya.

"Iya, Pa! Agasa gak bisa, Pa..." lirih Agasa. Bahkan mata Agasa mulai berkaca-kaca membuat Adimas tak tega melihatnya, tapi dia juga tak tega jika harus mempertemukan Diana dengan sumber lukanya saat ini.

"Maafin Papa, Gas. Untuk saat ini lebih baik kamu pergi dari sini dan soal perceraian Papa akan bicarakan lagi sama Diana. Papa harap kamu pergi sebelum satpam kompleks lihat kamu."

Setalah itu Adimas menutup pintunya membuat Agasa lantas menggedornya. "Enggak, Pa! Agasa pengen ketemu sama Diana, Pa! Agasa gak mau pisah sama Diana, Pa! Agasa sayang sama Diana, Pa. DIANA AKU MOHON KAMU PASTI UDAH BANGUN KAN?! AKU MOHON TURUN NA. Aku mohon....."

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang