Bab 5 - Mama?

5K 274 10
                                    




Dulu aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi saat aku dewasa kini ku mengerti ternyata dunia sangat kejam pada takdir yang ku jalani ini.

—Tentang Diana.

Diana tidak rela jika harus ditinggal pergi oleh papanya, tapi jika dia menahan sama saja dirinya egois. Papanya harus menghadiri pertemuan para dokter di Surabaya selama tiga hari. Padahal tinggal dua hari lagi Diana menghadapi UNBK. Terlebih Bi Esih juga pergi pulang kampung karena anaknya akan menikah.

"Udah dong jangan cemberut, Na. Papa jadi gak enak ninggalin kamu."

"Lagian Papa kok harus hari ini? Mana Diana bentar lagi UNBK terus Bi Esih juga lagi gak ada di rumah."

Adimas paham, tapi dirinya harus menghadari acara ini. Sebenernya awalnya bukan Adimas perwakilan nya, tapi karena perwakilan sebelumnya istrinya melahirkan membuat Adimas harus rela menggantikan. Lagipula ini ladang pahala untuknya, kenapa harus disia-siakan? Sayang kan.

"Tapi, gapapa sih, Ana bakalan baik-baik aja, asal Papa jaga kesehatan di sana. Ana gak mau denger Papa drop lagi," lanjut Diana disambut pelukan hangat oleh Adimas.

"Makasih ya udah ngertiin Papa dan Papa juga janji bakalan jaga kesehatan dan selalu doain Diana supaya ujiannya lancar."

"Sama-sama Pa. Ana sayang Papa. Makasih udah doain Ana dan semoga doa Papa terkabulkan."

"Aamiin."

Setelah itu Adimas melepaskan pelukannya membuat Diana menyalami papanya sebelum akhirnya Adimas masuk ke mobil dinas dan pergi meninggalkan kompleks.

"Semoga Papa selamat sampai tujuan," gumam Diana.

***

"Diiii huaaaa gue gak mau di sini. Masa sih gue diisolasi di rumah abang gue yang istrinya itu guru dan disuruh belajar yang fokus. Gue merasa terhina tau gak?! Soalnya mereka kayak gak percaya kalau gue di rumah bakalan belajar."

Diana yang baru selesai mandi harus menerima keluhan Bianca yang memang sejak kemarin sore harus menginap di rumah abangnya yang sudah menikah dengan seorang guru SMA. Menurut Diana itu bagus, lagipula Bianca tipe orang yang bosan jika harus belajar sendiri.

"Bi, enjoy aja atuh. Lagian kan lo emang gak suka sendiri kan kalau belajar? Bagus dong!"

"Iiii... Gak sama kakak ipar gue juga, Di. Sama lo kan bisa! Ah sebel!"

Diana menghembuskan nafasnya lebih dulu. "Lagian emang serem ya kakar ipar lo? Setahu gue dia baik kok."

"Kakak ipar gue baik, tapi Abang gue yang engga! Huaaa gak suka. Pengen balik, pengen meluk si Onyon."

"Boneka dari Zemi kan?"

Bianca tak langsung menjawab karena apa yang Diana tanyakan benar adanya. Onyon yang Bianca maksud adalah boneka panda yang lumayan besar yang diberikan Zemi tepat satu bulan hari jadi mereka.

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang