Cinta bukan soal siapa yang datang duluan dan siapa yang pertama menjalin hubungan, tapi cinta soal siapa yang bisa menerima kekurangan dan bertahan sampai maut memisahkan.
—Tentang Diana.🕊️
Diana mengijinkan Agasa pergi tanpa menaruh curiga apapun. Meskipun Diana akui rasa takut jika Agasa tak kembali lagi itu ada. Diana hanya ingin menjadi Diana yang dulu, selalu membebaskan Agasa tanpa kekangan karena Diana tahu dikekang itu tidak enak dan bahkan bisa membuat pasangan kita merasa bosan dan berakhir meninggalkan.
"Na maaf ya."
Suara Zemi yang meminta maaf membuyarkan lamunan Diana.
"Gue tadi kalut."
Diana mengangguk. "Gapapa, Zem. Gue paham kok. Lo cowok baik, Bianca juga suka bilang gitu dan ya Agasa juga cowok baik, tapi dia suka emosi. Jadi, wajar kok."
"Gak boleh dimaafin, Na," ucap Devon berusaha memanas-manasi.
"Jangan denger, Na, setan dia," ujar Naka.
"Ya ampun balik lagi gak nih ke pasal satu? Pasal satu: Devon selalu salah, akan terus salah dan terus salah sampai mampus!"
Diana tersenyum kecil. "Gue tuh suka lihat kalian akur deh, adem lihatnya. Jangan berantem mulu, gak baik."
Devon menunjuk Zemi dengan tangan kirinya dengan tangan kanannya dia tujukan untuk Naka.
"Mereka Na yang duluan!" adu Devon.
"Ih, gak lah! Lo aja yang minus akhlak. Emosi mulu makanya," bantah Zemi.
"Zemi bener, Devon yang salah dan ya kembali ke pasal satu aja, Dev."
Akhirnya Devon menyerah. Dia memasang wajah murungnya membuat Naka dan Zemi hanya menatap sekilas kemudian kembali berbincang dengan Diana sampai akhirnya pintu ruangan terbuka membuat obralan mereka terhenti.
"Papa!" seru Diana dengan wajah berbinar. Dia senang ternyata yang datang adalah Papanya, Adimas.
Adimas lantas melangkah maju mendekati anaknya kemudian memeluk Diana erat.
"Diana kangen Papa," rengek Diana.
"Papa juga kangen sama kamu."
Adimas mengurai pelukannya kemudian mengecek suhu tubuh Diana dan Alhamdulillah semuanya lebih baik dari kemarin.
"Udah baikan ya?"
Diana mengangguk. "Diana pengen pulang, boleh gak, Pa?"
"Boleh gak ya?" Adimas mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk, berpura-pura berpikir. "Tapi sayang kamu belum boleh pulang."
"Yah...."
Adimas mengusap surai hitam Diana. "Gapapa ya? Sampai kamu sembuh."
"Iya."
Adimas mengangguk kemudian menatap satu persatu yang ada di ruangan ini. Tapi.... Kenapa Agasa tidak ada?
"Pagi eh siang, Om." Devon menyalami Adimas kemudian disusul Naka dan juga Zemi yang melakukan hal serupa. "Siang juga, Devon."
"Kabar Om gimana? Udah lama gak ketemu." Devon cengengesan diakhir ucapannya membuat Naka dan Zemi mengernyit dan mencibir dalam hatinya.
"Baik, Nak Devon. Kamu gimana?"
"Baik, Om, selalu baik."
"Alhamdulillah kalau gitu."
"Ehe... Iya, Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Teen Fiction#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...