Semua berhak diberi pelajaran. Agar kelak, dia bisa berpikir dan sadar bahwa dia salah dan perlu memperbaiki sikap dan kelakuan.
—Tentang Diana.🕊️
Sebuah taman bermain yang di padati oleh anak-anak yang ditemani orang tuanya menyambut kehadiran Diana. Diana tidak tahu kenapa dia bisa berada di sini, dia tidak ingat apapun.Namun, entah kenapa matanya tertuju pada bocah lelaki yang terlihat murung. Bocah itu duduk sendirian di kursi taman yang tak jauh dari tempat Diana berdiri.
Entah dorongan dari mana, tapi perlahan langkah Diana membawanya pada bocah itu.
Sampai akhirnya Diana sampai di hadapan bocah itu kemudian jongkok agar tingginya sepadan dengan bocah yang murung ini.
"Hallo Ade kamu lagi apa?" Sebisa mungkin Diana terlihat ramah dan baik di depan bocah ini karena jujur dia iba melihat bocah sendiri, rasanya dia mengingat masa kelamnya dulu saat ditinggal mamanya.
Sontak, bocah itu mendongak menatap Diana. "Mama," ucapnya.
Dahi Diana lantas mengernyit. Diana menengok kanan kiri melihat siapa gerangan yang disebut mama oleh bocah ini.
Setelah tak melihat siapapun, lantas Diana kembali menatap bocah di hadapannya yang tersenyum penuh harap membuat hati Diana teriris.
"Kamu kangen sama mama kamu? Emang mama kamu dimana?" tanya Diana.
Bocah itu menunjuk Diana. "Ini Mama aku, Mama Diana."
Mata Diana terasa akan keluar dari tempatnya karena ucapan bocah ini.
Apa katanya, dia mamanya?
"Ade kamu salah orang, Nak, saya gak punya anak!" bantah Diana seraya bersiap pergi, tapi tertahan oleh tangan mungil bocah itu.
"Aku gak bohong, Ma, Mama itu Mama aku. Aku anak Mama Diana sama papa Agasa," ujar bocah itu.
"Ya Tuhan, kamu kenal suami saya?"
Bocah itu mengangguk dengan polosnya.
"Aku mohon, Ma, jangan bunuh aku. Kalau emang Mama gak siap punya aku, aku ikhlas, tapi papa kecewa sama Mama. Papa sedih, Ma. Jadi, aku mohon jangan bunuh aku demi papa...." lirih bocah itu kemudian menunduk membuat Diana bingung.
Bunuh?
Anak?
Sejak kapan dia memiliki anak?
Sejak kapan dia akan membunuh?
"De, kamu salah orang ya, maaf say–"
"Aku mohon, Ma, jangan pergi, aku takut sendiri, Ma, aku sakit di sini," mohon bocah itu memotong ucapan Diana.
Diana akui bocah ini memang memiliki mata sayu persis matanya, tapi itu tidak bisa membuktikan bahwa dia anaknya kan?
"De, kamu ngomong apa? Aku bukan Mama-mu, jadi aku mohon biarin aku pergi ya."
Bocah itu menggeleng, kini mata sayu itu mulai berair membuat hati Diana semakin teriris melihatnya, tapi dia masih kuat pendirian bahwa anak ini bukan anaknya, dia tidak punya anak.
"Kalau Mama pergi, aku gak papa, tapi aku mohon, Ma, pulang ke papa, dan jangan pernah berusaha bunuh aku, Ma. Rasanya sakit, Ma," lirihnya namun tetap berusaha tersenyum, "kalau emang Mama gak mau aku ada, aku ikhlas, tapi aku gak bisa lihat papa kecewa dan Mama dibenci, jadi aku mohon Mama pertahankan aku ya?" pintanya dengan tatapan polos nan tulus membuat Diana bimbang. Dan satu pertanyaannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Novela Juvenil#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...