Bab 11 - Sadarlah Diana, Kau Tak Sendiri

4.9K 234 17
                                    

Jangan egois, dirimu juga perlu berbagi.  Jangan egois, dirimu juga perlu orang lain di sisi. Oleh karenanya, buka lah mata dan hati dan lihat bahwa kau tak sendiri di muka bumi ini.

—Tentang Diana.

🕊

"Jadi apakah kamu mau, Nak?" tanya Adimas.

Diana mulai gugup dan mati kutu menyadari itu Adimas memberi kode lewat tatapan pada Bianca, Agasa dan juga Erwin untuk keluar lebih dulu dan memberikan mereka berdua waktu untuk bicara. Ketiganya paham dan langsung keluar ruangan menyisakan Diana dan Adimas berdua.

"Duduk, Na." Adimas menunjuk kursi samping ranjangnya dan Diana patuh menuruti perintah sang papa.

"Papa mau tanya alasan kamu tidak ingin menikah dengan Agasa karena kamu gak cinta sama dia atau karena pernikahan Papa?"

Adimas tahu Diana sangat terpukul karena perceraiannya dengan sang istri, tapi jika dibiarkan terus menurus itu tidak baik.

Tak mendapat jawaban Adimas pun memilih menganggam tangan anaknya membuat Diana kini berani menatap sang papa.

"Jangan jadikan alasan kegagalan rumah tangga orang tua kamu untuk kamu tidak mau menikah, Nak karena itu tidak baik. Meskipun Papa sangat mengerti kamu pasti terluka, tapi itu urusan papa dan mama mu, tidak ada campur aduknya dengan kamu. Itu kesalahan kita dulu, Nak. Papa yang terlalu sibuk dan mama kamu yang tidak mau memberikan apa yang Papa mau."

"Papa mau apa?" tanya Diana akhirnya membuka suara.

"Papa mau kamu, Nak. Papa mau putri kecil yang bisa Papa gendong dan jadikan putri kesayangan Papa," jawab Adimas membuat Diana terjadi karena ternyata Diana begitu sangat dinantikan oleh papanya. "Tapi, sayang sekali mamamu sebaliknya. Dia tidak mau memiliki anak lagi, entah apa alasannya, tapi karena Allah lebih mendengar doa Papa, jadi akhirnya mama hamil kamu. Selama kehamilan mamamu sering marah-marah, tapi seiring berjalannya waktu semua kembali normal sampai akhirnya...."

Adimas tak kuasa melanjutkan ucapannya. Terlalu berat membuka luka lama yang telah dia pendam selama ini. Meskipun dia tahu luka itu akan selalu membekas meski sekuat apapun dia mengobatinya.

"Pa...." Diana tahu papanya tidak baik-baik saja. "Gak usah dilanjut ya, Pa?"

Adimas menggeleng. "Kamu berhak tahu, Nak. Semua itu gara-gara Papa yang selalu sibuk dan gak mau mengalah sampai akhirnya mama kamu memilih pergi. Sekuat apapun cinta kita dulu, jika kita tak bisa saling memahami dan mengalah maka itu berakhir sia-sia. Akan tetapi, Papa lihat Agasa sangat sayang sama kamu, Nak. Dia bahkan sering mengalah hanya untuk kamu. Itu sebabnya Papa ikhlas melepas kamu pada Agasa karena Papa tahu dia tidak akan seperti Papa yang tidak bisa mengalah."

Diana tahu kesalahan papanya di masa lalu, tapi tetap saja Diana membenci sang mama yang tidak pernah menginginkan dirinya dan rela menikah lagi dengan pria lain.

"Jadi kamu mau kan?" tanya Adimas kembali dan akhirnya Diana mengangguk sontak hal itu membuat senyum Adimas terpancar lebar dari wajahnya yang sudah menua.

Sedangkan Diana melakukan ini semua hanya untuk papanya. Bukan untuknya, calon anaknya kelak ataupun Agasa.

Ini semua real untuk sang papa yang sudah membesarkannya.

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang