Lelaki sejati itu bertahan pada satu hati.
—Tentang Diana.🕊️
"CEPET DONG JALANNYA JANGAN KAYAK SIPUT GITU! DASAR GENERASI LELET YA! GAK LIHAT APA YA INI JAM BERAPA! UDAH TELAT, SO SANTAI LAGI! MAU JADI APA KALIAN? EMANG DENGAN KALIAN LULUS SB ATAU SN KALIAN RESMI GITU JADI MAHASISWA KAMPUS INI?!"
Banyak mahasiswa baru yang berlarian ke arah lapang kampus untuk mengikuti ospek pertama mereka. Mereka juga takut dengan teriakan kating yang sudah menggema sedari tadi.
Bianca merenggut kesal melihat kating yang menurutnya menyebalkan itu. Andai saja dia bisa merobek bibir kating itu sudah dia lakukan sedari tadi.
"Lihat ya, Di, ih gak suk–"
Perkataan Bianca terhenti kala dia sadar jika hari pertama ospek dia tanpa Diana. Ya Tuhan padahal sedari dulu dia selalu melewatinya bersama Diana. Bahkan rasanya dia masih bisa merasakan keadaan Diana di sini. Waktu empat belas tahun bersama dengan Diana bukan waktu singkat baginya. Diana adalah sahabatnya.
"Ya ampun, Di, gue kangen sama lo. Pasti kalau ada lo, lo yang nyeramahin gue," batin Bianca seraya mengusap kristal putih yang entah kapan meluncur dari matanya.
Zemi yang melihat sang kekasih menangis segera menghampiri Bianca.
"Kenapa?"
Bianca menggeleng.
"Kenapa?"
Zemi tidak percaya karena sudah jelas jika kekasihnya ini menangis.
"Jujur sama aku, Bi."
"Aku ingat Diana, Zem. Bahkan sedari TK aku selalu bareng-bareng sama dia. Meski waktu SMP pisah kelas, tapi setiap hari pertama masuk pasti sama-sama. Aku kangen tahu. Bahkan tadi aku ngomong sendiri, aku ngira kalau Diana ada di sini."
Mata Bianca kembali berkaca-kaca membuat ibu jari Zemi mengusap air mata yang sudah mengalir di pipi sang kekasih.
"Udah ya, jangan sedih nanti Agasa tahu lho dan dia ikutan sedih. Kita nikmati ya? Aku tahu kok apa yang kamu rasakan, tapi sekarang lebih baik kita fokus ya? Buat Diana bangga. Iya gak?"
Bak bocah lima tahun yang diceramahi sang mama Bianca mengangguk patuh.
"AYO SEMUA BARIS SESUAI FAKULTAS MASING-MASING JANGAN KUMPUL GAK RAPI DI TENGAH-TENGAH!"
Sontak suara kating itu membuat Zemi pamit pada Bianca untuk berbaris bersama dengan Devon dan Agasa yang satu fakultas dengannya sedangkan Bianca satu fakultas dengan Naka, fakultas hukum.
***
"Agasa Prakarsa jurusan MBA sekolah SMA Putih Abu."
Entah kenapa rasanya Agasa ingin menimpuk kating perempuan yang berada di depannya ini. Dia benci. Dia tak suka didekati meskipun perempuan ini kating, tapi Agasa rasa kating yang satu ini punya niat lain.
Devon menyenggol Agasa. "Dipanggil tuh."
"Modus," ketus Agasa bahkan kating itu mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Roman pour Adolescents#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...