Aku beruntung meski aku tak hidup bersama ibu kandung, tapi aku punya ibu pengganti yang jauh lebih baik dari ibu yang sudah mengandungku.
—Tentang Diana.🕊️
"Ya ampun Diana tahu gak sih lo bikin gue jantungan! Huaaaa lo jahat banget sih sama gue? Ihhhh gak suka!!!!"
Diana yang terbaring di ranjang hanya bisa mengulas senyumnya. Bianca memang heboh, jadi dia sudah tidak heran lagi dengan sikap Bianca yang tiba-tiba datang bak jelangkung ke ruangannya.
"Lo tuh ya, Di, malah senyum. Gila lo kira gue lawak? Kagak njirrr!!! Gue marah nih, marah!"
Bianca berdecak pinggang seraya memasang wajah garangnya bak ibu kos-kosan saat menagih uang kos-kosan.
Untung Agasa sedang keluar jadi Diana tidak harus malu jika mempunyai sahabat seperti Bianca.
"Coba sini deh jangan marah-marah cepat tua lho...."
Diana menunjuk kursi di samping ranjangnya dan dengan kaki yang dihentak-hentakkan Bianca melangkah mendekat dan mendaratkan pantatnya di kursi yang Diana tunjuk tadi.
"Gue sakit lho, Bi, masa sih dimarahin? Harusnya tuh ya disayang lah, dielus rambutnya, disuapin kek apa kek."
Dengan lipatan tangan di dada Bianca memalingkan wajah. "Mana ada disayang, tapi gak jujur sama gue," rajuknya.
"Oh karena itu?"
Lantas Bianca menoleh cepat ke arah Diana. "Apa kata lo?! Oh? Anjirtttt!!! Gue. Makin. Ngambek." Tiga kata terkahir diucapkannya penuh penekanan.
Diana berusaha tersenyum semanis mungkin kemudian berkata, "Lo denger ya, gue baik-baik aja kok."
"Baik-baik aja? Atas apa yang telah lo lakuin kemarin lo masih bilang baik-baik aja, Di? Lo jahat tahu gak sih...." Kini tak ada lagi tatapan kesal yang ada Bianca menahan tangisnya, Diana tahu itu.
Diana meraih tangan Bianca susah payah kemudian digenggamnya tangan yang dulunya sama-sama kecil dan kini sudah sebesar ini. Mereka memang tumbuh kembang bersama.
"Bi, gue salah, gue tahu itu dan gue mohon jangan terlalu khawatir ya? Gue baik-baik aja kok dan soal kemarin maaf gue bohongin lo. Gue kalut, Bi, banyak yang gue pikirin kalau gue masih mempertahankan janin ini."
"Tapi lo te–"
"Astaghfirullah! Bianca kamu ya berani marah-marahin anak Mamih?" Wanita berkaca mata modis itu berdiri di ambang pintu memasang wajah garangnya persis seperti Bianca tadi.
Diana dan Bianca lantas memandang wanita paruh baya itu.
Wanita yang tak lain adalah Hana, Mamih Bianca, berjalan mendekat pada Diana dan Bianca.
"Anak Mamih tuh lagi sakit janganlah kamu marah-marahin," omelnya pada putri kandungnya, Bianca.
"Ihhh Mamih kok belain Diana sih? Tau gak Mih, jantung aku rasanya mau copot pas denger kabar dari Zemi kalau Diana masuk rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Novela Juvenil#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...