Jika kita mencintai, perjuangkan karena cinta tanpa perjuangkan sama halnya sayur tanpa garam.
—Tentang Diana.🕊️
"Mau ke rumah Bianca dulu?"Diana yang duduk di kursi kemudi hanya mengangguk menjawab pertanyaan Agasa.
Mereka berniat pulang karena acara kelulusan telah usai, tinggal nanti malam mereka akan datang ke acara prom night.
"Makasih ya, Na."
"Hah? Makasih?"
Agasa yang fokus pada jalanan itu mengangguk mengiyakan.
"Iya makasih karena udah sebut nama aku di pidato kamu tadi."
Sebenarnya Diana enggan menyebut nama Agasa, tapi entah kenapa hatinya mengatakan sebaliknya dan berujung nama itu tersebut.
"Oh itu, santai aja."
Jalanan mulai macet membuat Agasa menghentikan laju mobilnya dan kesempatan ini ia gunakan untuk menggenggam tangan istrinya.
Diana yang merasakan tangan Agasa menggenggam tangannya terlonjak kaget dan menatap Agasa penuh tanya.
"Maaf kalau kamu kepaksa nikah sama aku, Na, tapi aku mohon kita jalani ini seperti semestinya ya?" ucap pria itu tulus.
"Kita udah menjalani ini semestinya, Gas, apalagi? Kita udah serumah bahkan seranjang. Apa itu gak cukup?" Diana terpancing emosinya. Bagaimana bisa Agasa mengatakan hal demikian disaat Diana sudah menjalankan semuanya.
"Bukan itu, Na."
"Terus?"
"Kamu, aku mau kamu yang dulu. Kamu yang tulus sayang sama aku, tulus selalu ada di samping aku dan sikap kamu yang gak menghindar dari aku."
Diana diam.
Dia tahu bahwa sikapnya pada Agasa berubah 180 derajat, tapi Diana juga tidak tahu kenapa.
"Kamu bisa?" tanya Agasa yang semakin mempererat genggamannya.
Diana menggeleng kemudian tangannya melepas genggaman Agasa dan berkata, "Maaf."
Diana kembali menatap jalanan, dia tidak sanggup jika harus melihat kekecewaan Agasa.
Dia mungkin ingin sekali semua berjalan seperti dulu, tapi entah apa yang menghalangi egonya hingga dia jadi seperti ini.
Sedangkan Agasa hanya bisa menelan kekecewaan lagi, haruskah dirinya mundur? Tapi, dia akan tetap bertahan karena Agasa tahu Diana mencintainya dan begitupun dia.
"Kamu boleh nolak aku sekarang engga untuk nanti."
***
Bianca tersenyum lebar kala dia melihat sahabatnya masuk ke kamarnya.
"Ih, Diana gue masih seneng tahu lihat lo jadi murid lulusan terbaik tahun ini."
"He-em." Mood Diana down karena kejadian tadi, rasanya Diana merasa jika dirinya berlebihan padahal Agasa selalu melakukan yang terbaik untuknya, tapi dia?
"Eh ya, lo kenapa sih?" Bianca mulai menyadari perubahan sikap Diana.
Diana duduk di kasur Bianca kemudian menggeleng menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Apa jangan-jangan gara-gara semalem ya?" tebak Bianca.
Dahi Diana mengernyit. "Semalem?" beonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Fiksi Remaja#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...