Bab 12 - Restu Mama

4.2K 250 30
                                    


Tak ada yang namanya mantan orang tua. Sekalipun kesalahan mereka sangat tak bisa diduga. Mereka tetaplah orang tua kita. Jadi, sayangi dan hormati mereka.
—Tentang Diana.

🕊

Pernikahan.

Katanya pernikahan acara sakral yang harus didasari dengan kebahagian. Semua orang yang datang ke sini pasti dengan senang hati melakukannya bahkan konon katanya yang datang ikut merasakan kebahagian mempelai.

Akan tetapi, rasanya tidak untuk Diana. Dia benci melihat pemandangan itu. Pemandangan dimana di kursi mempelai dia melihat abangnya dengan istrinya. Cantik memang, tapi rasanya Diana benci jika harus bertemu abangnya.

Akan tetapi, ada yang lebih membuatnya kesal dan marah bahkan tanpa sadar Diana mengepalkan tangannya kala melihat mamanya bersanding di kursi orang tua mempelai dengan suami barunya.

Shit! Sial! Gak suka! Benci!

Beberapa umpatan sudah Diana lontarkan membuat wanita yang saat ini memakai kebaya abu itu semakin mengeratkan kepalan tangannya.

Agasa yang juga ikut menemani bersama dengan Adimas menyadari hal itu.

Perlahan tangan Agasa terulur untuk menggenggam tangan Diana yang terkepal membuat sang empunya terlonjak kaget dan menatapnya garang.

"Lo?! Bisa gak sih diem!" sentaknya.

Adimas terkejut mendengar sentakan sang anak. Dia tidak suka jika Diana berbuat semena-mena pada Agasa.

Semenjak hari dimana Adimas masuk rumah sakit dan Diana menyetujui pernikahan itu Adimas selalu mewejangi sang putrinya untuk bersikap baik pada calon suaminya, Agasa.

Meskipun Adimas tahu langkah awal mereka salah, tapi Diana tidak seharusnya bersikap semena-mena.

"Diana...." tegur Adimas membuat Diana melunak, dia bahkan tak lagi menatap Agasa dengan tatapan garang. "Jaga sikap, sayang. Agasa calon suami mu. Hormati dia," lanjutnya kemudian Adimas menepuk akrab bahu sang calon menantu. "Maafin Diana ya, Nak," katanya.

Agasa mengangguk. "Agasa engga papa kok, Om. Emang Agasanya aja yang salah, Om."

"Iya, dia yang salah main megang tangan Diana aja. Diana gak suka, Pa." Diana buka suara sebagai bentuk pembelaan diri.

Adimas menghembuskan nafasnya kemudian berkata, "Yasudah daripada debat kita antri untuk salaman pada mama dan abangmu!" putus Adimas diangguki keduanya. Meskipun Diana sangat sangat sangat malas.

Agasa melepaskan genggamannya membiarkan Diana berjalan di samping sang papa. Bahkan wanitanya itu tak segan-segan memeluk lengan kokoh milik Adimas. Agasa tersenyum tipis. Setidaknya dirinya masih bisa melihat Diana secara leluasa. Bahkan dirinya diajak oleh Adimas ke Bandung sekalian untuk meminta restu mamanya Diana.

Soal pernikahan abang Diana, Daffa. Adimas jujur bahwa sehari sebelum dia drop dia didatangi mantan istrinya itu seraya membawa undangan untuknya.

Diana kecewa, tapi rasanya Adimas lebih kecewa padanya.

Dan satu lagi soal pernikahan Diana dan Agasa tinggal beberapa hari lagi karena ini sudah lewat satu Minggu semenjak persetujuan Diana. Jadi, setelah mendapat persetujuan dari Diana kedua keluarga langsung mengurusi soal persyaratannya.

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang