Terkadang apa yang terjadi pada kita adalah ulah kita sendiri. Kenapa? Karena kebanyakan apa yang terjadi adalah apa yang kita pikirkan. Maka dari itu selalu berpikir positif agar yang terjadi pun demikian.—Tentang Diana.
🕊️
Dua orang yang tak lain anak dan papa itu asyik berbincang di dalam mobil. Keduanya sedang menunggu seseorang yang sedang berjuang di dalam kampus tempat mereka berada. Dua orang yang tak lain adalah Diana dan Adimas itu tertawa memenuhi seisi mobil hanya karena candaan Adimas yang menggoda Diana sedari tadi.
"Papa kok ledek Diana sih? Emang iya ya pipi Diana gedean?"
Adimas mengangguk. "Gede banget, tapi badannya kecil. Aneh."
"Ihh Papaaaa...."
Adimas tertawa mendengar rengekan Diana, kemudian dirinya menarik sang putri ke dekapannya. Rasanya baru kemarin dia menggendong bayi Diana yang sangat merah, mengadzaninya dan sekarang? Bahkan putri kecilnya ini sudah akan memiliki malaikat kecil. Ya Tuhan waktu begitu cepat berlalu.
"Kata Papa, Agasa masuk gak ya ke kampus ini?" tanya Diana.
"Masuk kalau dia yakin karena Papa tahu kok kamu kan yang ajarin Agasa selama ini? Terlebih tadi pagi kita udah tahajud bareng semoga Allah denger doa-doa kita, sayang. Percaya aja, tapi kalau emang gak masuk ya berarti ini bukan yang terbaik, kan masih banyak cara lain dan kampus lain? Iya kan?"
Bagi Diana, Adimas itu pintar merangkai kata menjadi sebuah motivasi dan penenang untuknya. Selalu ada kata-kata yang membuat rasa takut dan gelisah Diana sirna begitu saja.
Papa Adimas memang terbaik.
"Makasih ya, Pa, Diana sayang Papa." Diana mendaratkan kecupan di pipi kiri sang Papa, membuat sang empunya terkekeh pelan. "Papa lebih sayang sama Diana, putri Papa."
Mendengar itu Diana menenggelamkan wajahnya ke dada Adimas mencari kehangatan yang selama hidupnya selalu dia rasakan di sini, di dekapan Adimas.
***
"Gila gak sangka gue bisa seruangan test sama Agasa."
"Seriusan lo?"
"Iya, Yura. Gak nyangka dia ambil ekonomi sih."
"Bokap dia emang pemilik hotel bisalah disebut pengusaha jadi wajarlah dia ambil ekonomi."
"Iya sih, tapi bodoamat yang penting gue seneng intinya."
Sebenernya Tiara sudah tidak ingin menganggu Agasa lagi terlebih segala cara dan situasi kondisi yang tak mendukung membuat Tiara pasrah, tapi jika melihat keadaan sekarang dimana kemungkinan dia satu kampus dengan Agasa, kenapa tidak kan? Berjuang lebih baik, daripada menyerah begitu saja. Ah, satu lagi dia tidak melihat Diana di sini itu artinya dia bebas tanpa gangguan.
"Dih, malah senyum-senyum kesambet setan tahu rasa lo."
Tiara menyengir ke arah Yura kemudian menarik tangan Yura untuk ikut dengannya.
"Pokoknya hari ini kita harus rayain kembali bertemunya Tiara dan Agasa."
Yura yang tangannya ditarik hanya bisa pasrah. "Tapi belum tentu lho kalian sekampus kan belum pasti juga keterima atau engga, Ra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Fiksi Remaja#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...