Bab 29 - Debay Hebat

3.6K 188 32
                                    


Kita terlalu sibuk memikirkan sisi buruknya, hingga lupa masih banyak sisi positif dari yang kita punya saat ini, contohnya dia, malaikat kecil kita.
—Tentang Diana.

🕊️


Selesai makan malam bersama keluarga Agasa, Diana memilih membantu ART di rumah ini untuk mencuci piring meski sudah dilarang, tapi Diana ngotot dan berakhir di-iyakan. Bagi Diana rasanya tidak afdol jika sudah makan, tapi tidak cuci piring, rasanya ada yang kurang.

"Non, padahal sama Bibi aja, Non." Bi Tuti namanya. Sejak melihat Bi Tuti pertama kalinya Diana sudah mengira jika wanita berumur 60-an ini memiliki sikap yang ramah, meskipun sudah termakan usia, tapi semangat kerjanya patut diacungi jempol.

"Diana juga biasa bantu Bi Esih cuci piring kok, Bi. Udah biasa ehe...."

"Aduh Den Agasa teh beruntung dapet Non. Udah cantik, baik, rajin pula."

Diana hanya membalas pujian itu dengan senyumannya. Keduanya kembali sibuk mencuci piring sampai akhirnya gerakan mereka terhenti kala suara sang kepala keluarga terdengar jelas.

"Diana bisa ikut Ayah sebentar? Biarkan Bibi aja yang beresin."

Refleks Diana langsung mengangguk dan mencuci tangannya lebih dulu sampai akhirnya mengekor di belakang Erwin yang berjalan entah kemana.

"Kita ngobrol di ruang kerja Ayah. Gapapa?" Erwin memutar tubuhnya 180 derajat agar dia bisa berhadapan langsung dengan Diana yang berada di belakangnya.

"Iya, gapapa."

"Di ruang keluarga Agasa sama Oliv lagi ngobrol sama Bundanya."

Diana hanya bisa mengangguk. Sampai akhirnya Erwin kembali berjalan membuat Diana kembali mengekor di belakang Erwin.

Ketika sampai di ruang yang dominan bercat hitam itu Diana merasa jika dirinya sedang berada di ruang BK karena telah berbuat salah, tapi rasanya ini lebih menyeramkan dari pada itu. Pasalnya ini baru pertama kalinya Diana berbincang berdua dengan Ayah mertuanya.

"Tenang aja, Diana. Ayah gak ngapa-ngapain kamu kok."

Sontak Diana menggelengkan kepalanya. "Engga gitu kok, Yah."

Erwin mengangguk paham. "Ayah paham, daripada nunggu lama langsung ke point nya aja ya?"

Diana mengangguk.

"Kalau kamu tinggal berdua sama Agasa, mau?"

"Maksudnya cuman berdua?" tanya Diana memastikan.

Erwin mengangguk. Pria paruh baya yang duduk di kursi kebesarannya terlihat lebih santai dari biasanya. Akan tetapi, aura canggung itu masih terasa dalam diri Diana.

"Di apartemen tepatnya." Erwin bisa melihat jika wajah terkejut Diana. "Itu milik kamu, Diana."

"Milik Diana, milik Agasa juga, Yah."

Erwin mengulas senyum tipisnya. "Ternyata kalian emang saling cinta ya. Gak heran Ayah kalau Agasa ngotot sama kamu."

Diana bingung harus menanggapinya bagaimana. Dia memilih menunduk melihat kedua tangannya yang memilin ujung bajunya.

"Santai, Diana. Ayah tahu muka Ayah serem, tapi Ayah baik kok."

Akhirnya Diana kembali memberanikan diri menatap kedua manik hitam milik Erwin.

"Jadi kamu mau?" tanya Erwin.

Diana menggeleng lemah. "Diana gak suka suasana apartemen, Yah. Maaf."

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang