Bab 41 - Pergi Atau Kembali

4.2K 181 53
                                    


Jangan mengambil keputusan saat kau merasa kecewa akan suatu hal karena bisa jadi akhirnya kamu akan merasakan perihnya penyesalan.

—Tentang Diana.

🕊️

"Gue nginep."

Naka, Zemi dan Devon melongo tak percaya melihat Agasa yang tiba-tiba datang ke apartemen Zemi. Mereka memang berencana menginap di apartemen baru Zemi, kecuali ya Agasa karena Agasa memang sudah memiliki istri.

"Lo kenapa dah?" tanya Devon.

Agasa yang sibuk membuka jaketnya itu tak mengindahkan pertanyaan para sahabatnya justru dia memilih masuk ke kamar dan merebahkan diri di kasur yang begitu empuk itu.

Baru saja Devon akan menyusul Agasa, tapi Naka sudah lebih dulu menahannya. "Biarin dulu, mungkin lagi ada masalah kita tanya besok ya."

Devon menghela nafas. "Yaudah."

"Gue yakin dia lagi butuh waktu."

"Tapi gue kepo, Nak."

"Kalau dia siap, pasti dia cerita."

Zemi mengangguk paham.

Ternyata memang benar hanya Naka yang dewasa di sini. Naka selalu peka keadaan orang sekitarnya. Naka memang terbaik.

Sedangkan di tempat lain Diana terduduk di kursi belajar Agasa. Biasanya kursi ini selalu Agasa duduki sedangkan Diana dengan senang hati memperhatikan Agasa dari atas kasur atau sesekali dia membuatkan coklat hangat untuk Agasa. Katanya biar Agasa semangat mengerjakan tugasnya.

Mengingat itu Diana tersenyum miris. Semua tinggal kenangan. Memang awal pernikahan mereka sangatlah indah, tapi akhirnya?

Ini yang Diana takutkan. Ini alasan Diana tak ingin menikah karena Diana tak bisa tahan jika masalah ini menerpanya. Ingatan-ingatan mengenai rumah tangga orang tuanya ikut berlarian di pikirannya. Rasanya sesak jika mengingat itu. Papa dan mamanya gagal begitupun dengan dirinya.

Kenapa harus Diana lagi? Ingin rasanya Diana menjerit demikian. Bertanya pada takdir kenapa takdir tak pernah berpihak padanya.

"Diana kuat, Diana engga cengeng." Diana mengusap air matanya yang kian mengalir kemudian dirinya terfokus kembali pada kertas dan pulpen yang sudah dia siapkan.

Tangannya mulai menari menggoreskan tinta hitam di atas putihnya kertas.

Teruntuk Agasa yang Pernah Ada

Aku tahu aku tak bisa menyalahkan kamu, dia ataupun takdir akan hal ini.

Banyak hal yang selalu aku takutkan dan itu juga yang terjadi akhirnya.

Kenapa dulu aku selalu membangun benteng untuk mereka yang mulai mendekati ku?

Jawabannya satu:

Aku tak ingin menjalin sebuah hubungan CINTA yang tak pernah ku percayai adanya.

Karena apa? Keluargaku sudah membuktikannya Agasa.

Aku ikhlas jika kamu pergi dengan Tiara karena dari dulu aku memang selalu kalah dari nya.

Tiara cantik, dia juga baik.

Tentang Diana [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang