Kekurangan bukan alasan untuk tidak saling mencintai dan menyayangi. Justru kekuranganlah yang terkadang membuat suatu hubungan lebih erat.
—Tentang Diana.
🕊️
Tepat pukul setengah sembilan malam, Agasa sampai di rumahnya. Kepulangannya disambut oleh keberadaan keluarganya yang anteng duduk di ruang keluarga membuat Agasa menghampiri nya.
"Assalammualaikum."
"Waalaikumussalam."
Sang kakak–Olivia Putri Prakarsa–menatap sang adik dari bawah sampai atas.
"Wah, udah dari mana, Dek?" tanya wanita berumur dua puluh empat tahun itu.
"Habis dari rumah pacar," jawab Agasa jujur. Agasa memang tipikal tertutup, tapi jika urusannya sudah dengan sang pujaan hati pasti Agasa akan selalu membanggakannya.
Kedua orang tua Agasa–Erwin Prakarsa dan Vena Prakarsa–hanya bisa tersenyum geli melihat anak bungsunya yang terkesan datar itu membanggakan sang pujaan hatinya. Sedangkan sang kakak hanya bisa mendumel jijik.
"Gila ya kamu, Dek. Pacaran udah tiga bulan, udah pamer ke kita, tapi sayang gak pernah diajak ke sini," ejek Olivia.
Semua yang dikatakan Olivia benar. Agasa belum pernah mengajak Diana ke rumahnya sebab Diana selalu menolak jika diajak.
"Aku yang ngejalanin bukan Kakak."
"Syutt.... Udah ah jangan berantem." Vena menatap putri sulungnya. "Kamu juga, Kak, udah punya suami bukannya dewasa dikit, malah makin-makin."
Olivia memang sudah menikah dua tahun lalu, tepatnya saat dirinya baru lulus kuliah. Suami Olivia–Gibran Handika–seorang co-pilot di salah satu maskapai penerbangan Indonesia.
"Bun, lagi pula umur ku baru dua empat. Seharusnya aku masih hahahihi sama temen-temen bukannya jadi istri orang."
"Kak, gak baik ngomong gitu," tegur Erwin pada anaknya. Mungkin dulu Olivia menikah tanpa ada pacaran lebih dulu karena Olivia terlalu sibuk memikirkan pendidikannya bahkan saat ini Olivia sedang kuliah S2 dan menunda punya anak lebih dulu. Sedangkan suami Olivia tidak keberatan, dia sangat mencintai Olivia maka dari itu Gibran langsung melamar dan menikahi Olivia tanpa pacaran dan menikmati indahnya pacaran setelah menikah saja.
"Iya, Yah, Oliv salah."
"Sudah-sudah. Mending kita tidur. Sudah mau jam sembilan. Gak baik buat kesehatan kalau gadang," usul sang ibu negara mengalihkan pembicaraan yang terkesan serius.
Kedua anak dan suaminya mengangguk dan setelahnya mereka masing-masing pergi ke kamar. Sebenernya Olivia memiliki rumah bersama sang suami, tapi jika suami sedang tugas Olivia harus tinggal di sini karena Vena khawatir sesuatu terjadi pada Olivia.
Begitulah keluarga kecil Erwin dan Vena, terlihat sangat bahagia dan lengkap berbeda dengan Diana yang tidak lengkap, meski Diana akui dirinya bahagia bersama dengan sang papa, tapi rasanya akan beda.
Ya, sangat beda.
***
Weekend kala ini Diana menikmatinya bersama sang papa. Karena sang papa kebagian shift malam membuat Diana bisa menghabiskan pagi weekend kali ini sarapan bersama sang papa di sebuah taman komplek mereka tinggal. Mereka baru selesai lari pagi.
"Pa, Diana jadi kangen masakan Papa. Kali-kali masak ya buat Diana?"
Selain piawai dalam mengobati pasien Adimas juga piawai dalam urusan dapur membuat Diana berpikir dua kali jika harus meninggalkan Adimas seperti yang sang mama lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Teen Fiction#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...