Yakinlah indah pada waktunya itu memang benar adanya. Tugas kita hanya perlu bersabar dan yakin bahwa memang indah pada waktunya akan segera tiba.—Tentang Diana.
🕊️
"Kamu bahagia, Na?"
Diana menoleh ke samping mendapati tubuh jangkung Daffa yang kini berdiri di sampingnya jangan lupakan satu tangan masuk ke dalam sakunya. Daffa memang tipikal cowok keren meski Daffa bukan tipikal cowok dingin, tapi Daffa memiliki aura tersendiri.
"Ana bahagia," jawab Diana.
Daffa tersenyum hangat kemudian merentangkan kedua tangannya mengkode Diana untuk masuk ke pelukannya. Diana paham kemudian dirinya memeluk Daffa erat. Sosok Abang yang selalu melindungi Diana kala itu, kini kembali. Diana senang, amat senang.
"Abang sayang sama Ana. Maafin Abang ya udah ninggalin Ana?"
Diana mengangguk. "Diana juga sayang sama Abang. Sebenernya Diana juga salah. Diana seakan nutup akses sama Abang sama mama buat hubungin Diana padahal Diana juga tahu Diana kangen banget sama Abang. Gak ada lagi yang marahin temen Diana yang jahil kalau Abang pergi kecuali Bianca. Diana hiks...."
Mendengar sang adik terisak Daffa memperat pelukannya meski ya harus terhalang oleh perut Diana yang kian membesar.
"Maafin Abang selama tujuh tahun ini mesti pergi dari rumah ini, mesti ninggalin Ana sama papa. Maafin mama juga, tapi dia sayang sama kamu, Na. Bahkan dulu mama hengkang dari dunia modelnya itu karena kamu. Mama gak mau kamu ngerasain apa yang Abang rasain dulu, dimana mama sibuk kerja sedangkan Abang sama bi Esih. Itu sebabnya mama bawa Abang karena mama ngerasa Abang belum dapat kasih sayang mama."
Isakan Diana semakin keras. Dia tak menyangka ternyata mamanya sayang pada dirinya. Bahkan karier yang sedari dulu mamanya impikan harus terlepas karena dirinya.
"Maafin Diana yang selalu salah paham."
Daffa mengusap surai hitam sang adik. Surai hitam Diana tak lagi seperti Diana sekolah dasar dimana saat itu Diana lebih nyaman dengan rambut doranya sedangkan sekarang Diana sudah remaja dengan rambut yang hampir sepinggang yang terawat.
"Abang bukan menghakimi, Na, tapi kita jadikan pelajaran ya? Jangan pernah membenci, tanpa tahu secara rinci. Terlebih sama orang tua kita, Na, semua pasti sudah mereka pikirkan."
"ABAAAANG DAF-DAF!!!!!" teriak Bianca dari ambang pintu membuat Diana melepaskan pelukannya dan menatap Bianca.
Satu lagi adik kecil Daffa. Ah, tapi sekarang Bianca sudah beranjak remaja sama seperti Diana. Bianca kini sudah bertampilan bak remaja pada umumnya dan jangan lupakan penampilan yang modis seperti mamih Hana.
Bianca berlari kemudian memeluk Daffa erat. Jika ditanya dia lebih sayang pada Abang dari mamih–Bang Kevin–atau Bang Daffa jawabannya Bang Daffa karena Bang Daffa tak serese BangKe–panggilan Bianca untuk sang Abang.
"Abang ya ampun Bianca kangen huaa!!! Maafin Bianca gak dateng ke acara nikahan Abang. Abang sekarang udah punya istri dan kayaknya Bianca gak bisa manja-manja lagi sama Abang. Huaaa Bianca sedih."
Daffa tersenyum dengan tangan yang sibuk mengusap surai hitam Bianca. Memang Bianca cenderung lebih heboh daripada Diana yang pembawaannya lebih tenang.
"Ih, Bibi jangan sendirian peluknya!" Diana merengek seraya menarik ujung kaos Bianca. Daffa merasa dejavu pada masa kecil Diana dan Bianca yang selalu rebutan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Diana [ Completed ]
Fiksi Remaja#AgasaDKKSeries1 Kisah seorang anak yang menjadi korban perceraian orangtuanya membuat dirinya selalu berusaha tersenyum dan tertawa di depan semua orang, meskipun hatinya tengah terluka. Diana Tresya, namanya. Gadis yang memiliki topeng yang bisa...