You are my girl now!
___________________________Sashi menonton televisi yang menampilkan acara sinetron. Ia duduk sambil menselonjorkan kakinya diatas meja dengan toples berisi kacang diatas pangkuannya.
Ponselnya ia taruh diatas meja disamping kakinya. Ia menunggu pesan dai Benua. Benua mengirimkan pesan padanya tadi sore, cowok itu mengatakan bahwa jangan menghawatirkan dirinya.
Bagaimana Sashi tidak khawatir, saat pesan tersebut Sashi balas Benua tidak menanggapinya. Hanya sekedar di read saja.
Tok tok tok
Mendengar ada seseorang yang mengetuk pintu, Sashi menurunkan kedua kakinya dan menoleh menatap kearah jam dinding. Sudah jam 8 malam, mungkin itu Kak Tio.
Sashi berjalan menuju pintu utama rumahnya. Saat membuka pintu, betapa terkejutnya ia melihat Benua yang masih menggunakan seragam sekolah dengan leher yang terluka dan darah yang sudah mengering.
"Kak Ben," Teriak Sashi panik. "Ayo masuk!" Sashi sudah meraih tangan Benua, tetapi tidak ada pergerakan dari cowok itu.
"Diluar aja."
"Yaudah Kak Benua duduk dulu, tungguin aku masuk dulu." Sashi berjalan terburu-buru, sampai gadis itu hampir terjatuh saat menuruni tangga.
Sashi membawa plastik putih yang berisi obat merah dan beberapa kapas putih. "Ini kenapa kok bisa gini sih Kak?" Tanya Sashi dan mulai mengobati Benua.
"Gak tau."
Sashi menghela nafas gusar. "Kak Benua tawuran kan? Ngaku aja sama aku."
"Lo khawatirin gue?"
"Masih aja nanya, yaialah Kak Ben. Kak Benua kan pacar aku."
Setelah selesai mengobati leher Benua, tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Benua diam, Sashi pun ikut terdiam.
Benua menatap Sashi dari samping, gadis itu tampak lucu dan imut. Benua kemudian meraih kedua tangan Sashi sehingga membuat gadis itu tersentak.
"Shi."
Sashi mengerjapkan matanya, jantungnya sudah berdetak diluar kecepatan normal jantung manusia. "I-iya Kak Ben?" Gugup, itulah yang Sashi alami sekarang.
"Gue boleh minta sesuatu sama lo?"
Sashi mengangguk ragu. "Apapun itu yang penting bukan kata putus ya Kak."
Benua tersenyum singkat. "Emang kapan kita pacaran?"
Sashi menundukkan kepalanya. Benua memang belum mengatakan perasaannya secara resmi padanya.
Benua mengagkat dagu Sashi. "Gue pernah bilang kan jangan pernah nunduk?" Sashi mengangguk. Ia tidak tau lagi apa yang harus dilakukan, untuk mengeluarkan seberapa katapun rasanya sulit.
"Jadi Kak Benua mau bilang apa?"
"Gue mau lo-"
"Kak Ben, kalau ucapan Kak Ben nyakitin hati Sashi lebih baik jangan di ungkapin. Kak Benua gak kasian sama aku? Kak Ben jangan sampai mengakhiri semuanya."
Mata Sashi sudah berkaca-kaca. Sedangkan Benua, cowok itu mengatupkan kedua bibirnya rapat.
Benua mengelus rambut kepala Sashi. "Gue emang mau akhiri semuanya," Ucap Benua.
"KAK BEN JAHAT, TEGA SAMA SASHI," Teriak Sashi.
Benua menghela nafas panjang. "Maksud gue akhiri kalau gue gak akan bertindak seperti orang asing buat lo. Gue akan ngakuin secara resmi, gue akan nerima lo seutuhnya sebagai orang yang akan selalu berada didekat gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...