Tawuran
_____________________Kenikmatan anak sekolah sebenarnya bukan terletak pada hari libur, melainkan pada saat jam pelajaran sedang free itulah kesenangan sebenarnya. Apalagi jam kosong di mata pelajaran terakhir, sungguh kenikmatan duniawi seorang anak sekolahan.
Keadaan kelas 11 Mia 4 sangat kacau, Bu Tina yang seharusnya mengisi jam pelajaran tidak hadir dikarenakan sang anak yang sakit. Bu Tina sudah mengirimkan mereka tugas melalui sang ketua kelas dan di kumpul pada hari di mana Bu Tina kembali mengajar, tetapi murid-murid menghiraukannya dan memilih untuk wara wiri di dalam kelas.
Mereka semua akan mengerjakannya ketika besok tugas akan di kumpul bahkan ada yang mengerjakan di detik-detik terakhir tugas akan di kumpul.
Sashi sibuk menulis, bukan tugas yang ia kerjakan melainkan rangkuman materi dan rumus-rumus dari buku Benua.
"Lo di gaji berapa di suruh nulis sama Benua?" Rindu yang hanya memperhatikan Sashi terus menulis dari tadi bersuara, ia saja lelah melihat Sashi yang menulis apalagi Sashi yang benar-benar menulis.
"Simbiosis mutualisme, gue ganti rugi karena buku Kak Benua yang basah dan dia ganti tumbler gue."
"Itu bukannya simbiosis mutualisme tapi lo yang bego, catatan sebanyak itu lo mau tulis?" Rindu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Harga tumbler tuh cuma lima belas ribu, gak sebanding sama lelah lo."
Sashi menaruh pulpen di atas buku dengan kasar dan menatap Rindu. "Yang penting Kak Benua gantiin tumbler gue, kapan lagi coba gue di kasih sesuatu sama cowok ganteng."
"Mungkin jalan pikiran lo udah kesumbat," Cibir Rindu.
"Bodo amat, gue yang nulis gue yang capek." Ucap Sashi yang membuat Rindu bungkam.
"WOII SEKOLAH KITA DI SERANGG"
Terdengar teriakan keras dari beberapa murid yang berlari keluar menuju parkiran.
Semua anak cowok di kelas Sashi langsung berlari keluar sedangkan anak cewek berdiri dan berteriak histeris karena takut.
"RINDU AYO KELUAR."
Terdengar teriakan Sashi yang sudah berdiri di ambang pintu sambil terus menatap keluar.
Rindu menghampiri Sashi. "Bahaya Shi, apa faedahnya kita keluar yang ada juga kita bisa celaka." Rindu menatap keluar, beberapa murid laki-laki berlari tergesa-gesa walaupun Bu Susan dan Pak Handoko sudah melarang mereka, tetapi kedua guru BK tersebut sulit menghentikan murid-murid yang terus berlarian.
"Seperti ada hujan duit aja, padahal di luar lagi hujan batu" Batin Rindu. Entah kenapa jika ada sebuah tawuran seperti ini mereka pada ingin menyaksikan keluar, padahal di luar sedang bahaya bisa saja mereka ikut menjadi korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...