Bertemu Tante Ana
_______________________________Benua menatap jam tangan hitam yang melingkar di tangan kanannya. Bel tanda berakhirnya pelajaran pada hari ini sudah berdering 20 menit yang lalu, tetapi tanda-tanda Sashi akan datang belum terlihat.
Bahkan teman-temannya sudah pergi meninggalkannya. Benua tidak tahan sehingga ia berjalan menuju kelas Sashi.
Tepat saat jarak Benua dengan kelas Sashi sekitar 30 meter, Sashi berjalan keluar bersama dengan Rindu.
Sashi terlihat sangat kerepotan, gadis itu membawa tote bag dan tas laptop dikedua tangannya. Sedangkan Rindu, gadis itu hanya sibuk bermain ponsel tanpa berniat membantu Sashi.
"Kak Ben." Sashi terkejut karena Benua yang tiba-tiba berdiri didepannya.
"Shi, gue duluan. Dahh." Rindu berjalan meninggalkan Sashi dan Benua dengan tetap bermain ponsel.
"Hati-hati," Ucap Sashi kepada Rindu yang sudah berjarak 5 langkah di depannya.
"IYA," Teriak Rindu.
"Kok lama?" Tanya Benua.
"Iya, soalnya Sashi tinggal sebentar buat kerja kelompok. Maaf gak ngasih tau Kak Benua, soalnya ponselnya lobet."
"Hm, sini gue bantu bawa." Benua meraih tote bag berwarna ungu yang dibawa Sashi. Isinya adalah pakaian olahraga, Tupperware dan Tumbler.
"Makasih," Ucap Sashi.
Tangan kiri Benua menarik tangan Sashi, sedangkan tangan kanannya membawa tote bag gadis itu.
Sambil berjalan menuju parkiran, Sashi menatap Benua dari samping. "Kita mau jalan-jalan kemana Kak?" Tanya Sashi
"Ke tempat yang bisa buat lo nyaman."
~⚪⚪⚪~
Benua menunggu Sashi diruang tamu, gadis itu bersiap-siap di kamarnya. Mandi dan berganti pakaian yang lebih santai. Sudah hampir 20 menit Benua menunggu, tetapi Sashi belum turun juga.
"Ck, tuh anak lama," Decak Benua kesal.
Tidak lama, Sashi turun dari tangga sambil menggigit kuku tangannya. Terlihat seperti seseorang yang mengkhawatirkan sesuatu.
"Kenapa, kok lo gigit kuku?" Benua tau persisi bagaimana gerak gerik Sashi jika gadis itu ketakutan ataupun khawatir.
"Hmm, jadi gini Kak Ben. Aku tuh belum minta izin sama Kak Tio, lupa," Ucap Sashi.
"Ya terus? Minta izin aja, udah kan," Ujar Benua gampang.
"Kalau aku yang minta izin pasti gak bakalan di biarin. Beda lagi kalau Kak Benua yang telvon Kak Tio. Mau kan Kak?" Ucap Sashi berharap.
"Iya, gue yang izinin." Benua kemudian mengambil ponselnya diatas sofa dan menghubungi Tio.
Setelah mendapatkan izin dari Satrio, kini Benua melajukan sepeda motornya kerumah. Ia juga ingin berganti pakaian.
Mendapat izin dari Satrio sangatlah sulit. Benua sampai memohon-mohon dan akhirnya Satrio bisa luluh. Walaupun Satrio terus mewanti-wanti Benua agar menjaga Sashi, jika tidak maka nyawa Benua taruhannya.
Sashi turun dari motor Benua, melepaskan helmnya lalu dipeluk. "Ini rumah Kak Benua? Besar ya, sebesar cintaku padamu. Azeqqq," Ucap Sashi lawak.
Benua hanya menggekeng-gelengkan kepalanya. "Ayo masuk," Ajak Benua, tetapi Sashi hanya berdiri ditempatnya. "Kenapa?"
"Di dalam pasti ada orang tua Kak Ben kan? Sashi malu. Aku diluar aja ya Kak, nggak usah masuk," Ucap Sashi.
Jujur saja ia malu dan belum siap bertemu orang tua Benua. Bagaimana jika nanti Mama Benua malah tidak menyukainya atau lebih parahnya lagi membandingkan dirinya dengan Runi, mantan Benua.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...