T u j u h b e l a s

2.2K 212 3
                                    

Senyum Benua Aksa Prawiba
________________________________

Sashi merasa tidak tenang sekarang, selepas kepergian Cakra Sashi hanya terus-terusan menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya diatas pahanya.

Tidak jauh berbeda dengan Sashi, Benua juga diliputi rasa canggung. Mengingat kejadian kemarin dimana gadis yang duduk didepannya ini begitu nekat menciumnya.

"Khemm"

Benua berdehem untuk mencairkan suasana yang canggung dan sunyi.

Sashi menatap lurus kearah Benua. "Kak Benua jangan marah ya karena gue cium kemarin. Apalagi kalau Kak Benua sampe baper"

Benua mengerutkan sebelah alisnya dan sedikit memajukan wajahnya kedepan. "Lo harus tanggung jawab," Sashi meneguk ludahnya kasar sampai Benua dapat mendengar Sashi yang menelan ludahnya.

"Ta-tanggung jawab buat apa?" Tanya Sashi takut.

Benua memundurkan wajahnya, menatap Sashi sedekat itu membuat jantungnya tidak stabil. "Sama halnya dengan Tumbler Lo yang gue rusakin dan gue ganti. Lo juga harus tanggung jawab karena udah nyium gue sembarangan."

Sashi terdiam sebentar. "Kak Benua juga suka kan gue cium. Atau Kak Benua masih mau gue cium, terus ciumannya di bibir mungkin seru."

Benua tidak habis pikir dengan apa yang Sashi baru saja ucapkan. "Lo nggak malu?" Tanya Benua.

"Ngapain harus malu, justru gue bangga udah nyium pipi Kak Benua. Lagian Kak Benua ganteng, jadi nggak pa-pa," ucap Sashi seraya menyengir sehingga membuat kedua matanya menyipit.

Tidak mau berlama-lama dekat dengan Sashi, Benua berniat untuk pergi. Tetapi niatnya ia urungkan kala seorang pemuda menghampiri Sashi.

"Dek, kalau kamu bosan bisa pulang duluan aja. Kakak pulangnya lama soalnya ada urusan penting."

"Gitu ya Kak, yaudah deh. Tapi ongkos buat pulang mana?" Sashi menengadahkan telapak tangan kanannya di hadapan Tio.

"Kamu nggak takut pulang sendiri?" Jujur saja Tio tidak ingin membiarkan adiknya pulang sendirian, ia takut Sashi akan nyasar. Bagaimanapun Sashi orang baru di Jakarta, pasti ia belum mengenal baik tempat di ibu kota.

Kemudian mata Tio menangkap seseorang yang duduk di meja yang sama dengan adiknya. Tio mengangkat sebelah alisnya tanda ia bertanya siapa pemuda itu.

"Kenalin Kak dia namanya Kak Benua, kakak kelasnya Sashi. Sekaligus calon pacarnya Sashi, ganteng nggak Kak?"

Benua terkejut mendengar perkataan Sashi, ia langsung menyela. "Bukan Kak, gue cuma kakak kelasnya doang. Nggak lebih."

"Maafin Adek gue ya ngomongnya suka licin gitu." Tio tersenyum kikuk. Ia malu memiliki adik seperti Sashi.

"Ih Kak Benua Apa-apaan sih, nggak lebih nggak lebih buktinya gue pernah ci-" Perkataan Sashi terhenti kala Benua menendang Kaki Sashi yang ada di bawah meja. Beruntung Tio tidak melihat Benua yang melakukan tindak kekerasan terhadap Sashi.

Sashi mengeluh sakit, Benua menendang tepat di tulang betisnya. Ingin berteriak kesakitan, tetapi niat Sashi tenggelam karena mendapat tatapan tajam dari Benua.

"Bukannya Lo yang pernah nemenin adek gue di depan gerbang?" Benua diam tidak menanggapi, mungkin dia lupa. Tetapi Pertanyaan Tio malah ditanggapi oleh Sashi.

"Iya Kak dia orangnya"

"Gue bisa minta tolong nggak buat anterin adek gue pulang? Soalnya dia baru di Jakarta. Keliatannya kalian juga dekat."

HERMOSOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang