Mau Belanja Online
____________________________Benua membaringkan tubuhnya di kasur, ia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih tulang. Hari ini cukup melelahkan baginya, mendapat peringatan dari Bu Arini sampa-sampai mereka berempat ingin di drop out dari sekolah.
Sampai ia teringat akan sesuatu, Benua buru-buru untuk bangkit dan berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil tas yang berwarna hitam bercampur cokelat tersebut.
Benua duduk di pinggiran tempat tidurnya dan membuka tasnya, ia mengambil sebuah buku di dalamnya.
Lembar demi lembar Benua membuka buku yang berisikan tulisan tangan yang cukup banyak. Hanya tersisa sekitar 4 lembar lagi yang masih kosong.
Benua memperhatikan tulisan demi tulisan yang ada di dalamnya. Sampai ia memicingkan matanya karena di buku tersebut terdapat tiga tulisan yang berbeda, tetapi tulisannya tampak rapi.
Benua menaruh kedua tangannya di antara tubuhnya dan mendongak ke atas menatap langit-langit kamarnya. Ia memikirkan gadis yang sudah menuliskan semua rangkuman materinya. Apakah ia sudah bersikap jahat terhadap Sashi?
Sashi memainkan ponselnya di depan televisi yang menyala, ia memang suka seperti itu menyalakan tv tanpa menontonnya, malahan tv yang menontonnya.
Sashi sendirian dirumah, Kakaknya belum pulang. Kak Tio memang masih kuliah, ia mengambil jurusan Hubungan Internasional. Tetapi disamping itu, Kak Tio juga mengurus Cafe yang di berikan sang Ayah.
Dari Cafe itulah Tio bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di Jakarta. Ia jarang meminta uang kepada sang Ayah, karena ia memiliki penghasilan sendiri.
Sashi terlalu serius memainkan ponselnya, tanpa ia sadari ada seseorang yang mengendap-endap di belakangnya dan mengagetkannya.
"Astagfirullah Kak Tio ngagetin aja." Sashi menjatuhkan ponselnya karena terkejut sehingga benda pipih itu tergeletak di lantai.
Sashi mengambil ponselnya, layarnya sedikit retak.
"KAK TIOOOO, NIH PONSEL SASHI LAYARNYA JADI RETAK KAN." Teriak Sashi.
Tio duduk di sofa tunggal di samping sofa yang di duduki Sashi. "Nih."
Tio menyodorkan kantong plastik berwarna putih di hadapan Sashi, di dalam kantong plastik tersebut terdapat sebuah pembungkus makanan yang Sashi sangat kenali.
"Sate, huaaa tau aja adeknya lapar. Makasih ya Kak." Melupakan tentang nasib ponselnya, Sashi mengambil kantong plastik tersebut dan membuka makanan yanga ada di dalamnya.
"Makannya pake nasi," Suruh Tio.
"Lagi diet makan nasi," ucap Sashi seraya memakan tusuk demi tusuk sate ayam yang dilumuri bumbu kacang.
"Badan kayak jarum begitu mau dikecilin lagi?"
"Yang penting bukan benang." Sashi terus memakan satenya, ia berbicara tanpa menatap Kakaknya.
"Yaudah deh Kakak masuk kekamar dulu, jangan larut malam tidurnya." Tio memperingatkan Sang adik.
"Iya Kakak sayang."
Tio berdiri, tetapi Sashi kembali bersuara dan mengakibatkan Tio tidak berpindah di tempatnya. "Sini gue cium dulu."
Sashi bangkit dan mencium pipi kiri Kakaknya, sudah menjadi kebiasaan ia mencium pipi kakaknya setiap malam sebelum tidur.
Tio mengusap pipi kirinya yang dicium oleh Sashi. "Pipinya bau kacang sekarang," Kesal Tio.
"Kan lagi makan sate," ucap Sashi seraya menyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...