Penjelasan
_______________________Sashi hanya terus terdiam diatas mobil Baron, fikirannya terus terarah kepada Benua. Apa Benua marah padanya? Bagaimana nanti jika Benua meminta putus? TIDAK Sashi tidak terima.
Baron menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Sashi. Ia jadi Baron lah yang mengantar Sashi pulang, karena tidak ada pilihan lain lagi. Baron sangatlah keras kepala.
"Shi udah sampe." Baron memegang bahu Sashi, menyadarkan gadis itu.
Sashi tersadar dan menatap kearah Baron. "Udah sampe?"
"Iya."
Sashi diam, menatap Baron dari samping. Tidak tau harus memulai dari mana. "Hmmm, Kak Baron. Ada yang pengen aku sampein ke Kakak."
"Apa?" Tanya Baron.
"Tentang hubungan kita."
Baron memposisikan tubuhnya menghadap Sashi. Mengangkat tangannya merapikan rambut Sashi yang sangat ia rindukan.
"Kenapa?"
Sashi menunduk. "Mmm, menurut aku hubungan kita udah berakhir semenjak aku pergi ke Jakarta." Baron menghentikan pergerakannya yang berada di rambut Sashi.
"Nggak."
Sashi sedikit tersentak. "Tapi Kak Baron, Sashi udah gak suka lagi sama Kak Baron. Aku udah punya pacar, tadi itu pacarnya Sashi."
"Nggak Shi, Lo pacar gue. Kita gak pernah putus. Gue sayang sama lo Shi, gue ke Jakarta cuma buat ketemu sama lo," ucap Baron, memang benar ia ke Jakarta hanya untuk mencari Sashi.
Di Bandung, ia seperti orang gila. Sashi tiba-tiba saja menghilang bahkan ia baru tau Sashi pindah tepat pada saat gadis itu sudah ada di Jakarta.
Baron sudah beberapa kali menghubungi Sashi, tetapi nomor gadis itu tidak aktif. Dan Baron pergi mencari Sashi kerumah gadis itu di Bandung, tetapi yang Baron temui hanyalah pembantu Sashi. Informasi yang diberikan juga minim, pembantu Sashi hanya mengatakan jika Sashi pindah ke Jakarta dan tinggal bersama Kakaknya.
"Kak, ngertiin perasan aku. Kalau Kakak sayang sama aku, biar aku bahagia sama Kak Benua. Aku yakin Kak Baron bisa temuin gadis yang lebih baik dari pada aku. Kak Baron ganteng, baik dan juga pengertian. Hanya satu kekurangan, Aku udah nggak nyaman lagi sama Kak Baron."
Sakit? Tentu saja. Perkataan Sashi menusuk pas di relung hatinya. Tidak bisakah Sashi menghargai perjuangannya, mencari Sashi di Jakarta bukanlah perkara yang muda.
Baron harus rela bolos sekolah selama sebulan hanya untuk mencari Sashi. Bahkan orang tuanya sendiri pun mungkin tidak akan lagi menganggapnya karena sudah berani kabur dari rumah.
Baron menundukkan kepalanya di stir mobil mencoba meredamkan emosinya. Ia tidak bisa marah kepada Sashi, biar bagaimanapun ini pilihan Sashi.
Baron harus menerima fakta pahit itu. Sashi mencoba memegang bahu Baron. "Kak Baron maafin aku," ucap Sashi gemetar karena menangis.
"Lo nggak bisa hargain gue Shi, perjuangan gue sia-sia. Gue bodoh tau nggak, seharusnya gue ngedengerin perkataan nyokab gue buat gak nyari lo di Jakarta."
Sashi semakin menangis di buatnya. "Kak Baron, berhak marah dan kecewa sama aku. Tapi perasaan aku udah berubah Kak, gak bisa dipaksain. Nanti Kak Baron tambah sakit."
Baron menyodorkan tisu kepada Sashi dan diterima oleh gadis itu. "Jangan nangis," ucap Baron.
Sashi berjalan masuk kedalam rumah, sampai matanya terpaku pada seorang perempuan yang duduk di sofa bersama Tio.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...