Hari Yang Aneh
__________________Benua berjalan memasuki bengkel Bang Jay, dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah teman-temannya yang hanya tidur lesehan dilantai, ada yang bermain game online ada juga yang makan mie instan tanpa direbus.
"Udah dateng lo Ben? Kita-kita udah lumutan disini lo baru bolos," Ucap Guntur.
Benua duduk disamping Guntur dan menatap kearah sekitar. "Lo semua bolos cuma buat tidur gini?"
"Katanya isi tenaga, buat gelud nanti sore," Ucap Jiwa sambil berdiri dan menempelkan ponselnya di telinga kanan cowok itu.
"Telvon siapa lo?" Tanya Benua.
"Biasa Ben, ngasih info dulu buat adinda Caya tersayang."
Jiwa melirik Guntur dengan tatapan mengintimidasi. "Jangan sampai gue suap mulut lo pake batu kerikil."
"Ampun kanda." Guntur menyatukan kedua tangannya didepan wajahnya dan menunduk di hadapan Jiwa.
"Iri bilang, nak buah," Ejek Jiwa.
"Mentang-mentang lo ketua, hina bawahan seenaknya," Ucap Guntur dengan suara seperti iklan milkita.
"Anak buah diam oke!" Jiwa berjalan keluar mencari tempat yang sepi untuk menelvon Cahaya.
"Kenapa Jiwa sih yang jadi ketua, kenapa bukan gue aja."
Benua menepuk pundak kanan Guntur. "Lo move on aja susah Tur, apalagi lo mau jadi ketua."
"Hina aku Mas, HINA," ucap Guntur kesal.
"Woi Cicak, bangun lo." Benua menarik-narik kaki Cakra yang sedang tertidur tengkurap di atas kursi yang terbuat dari bambu.
Cakra yang merasa terganggu menendang ke belakang. "Apasih Ben, gue ngantuk," Ucap Cakra dengan suara beratnya.
"Bangun nggak lo?"
Cakra memposisikan tubuhnya duduk di kursi, kedua tangannya berada di sisi tubuhnya. Nyawanya masih belum terisi penuh. "Jam berapa sekarang?" Tanya Cakra dengan lesu.
Jujur saja ia masih mengantuk. Andai saja ia bisa tidur dengan nyenyak tadi malam, tapi karena-
Sudah jangan bahas tentang Cakra, dia punya cerita tersendiri.
"Jam tiga."
"Ohh jam tiga, APA? jam tiga Ben?" Cakra buru-buru mengambil jaketnya yang berada diatas meja.
"Lo kenapa sih, mau kemana?" Tanya Guntur.
"Gawat woi gawattt," Ucap Cakra genting.
"Gawat apasih, tawurannya aja jam empat," Ucap Guntur.
"Ben, sekolah udah bubar?" Tanya Cakra.
"Sekolah bubar tigapuluh menit yang lalu," jawab Benua. "Lo tuh ya jadi murid jam pulang aja nggak tau."
"Kenapa lo nggak bangunin gue sih Tur, gue kan bilang bangunin gue kalau jam dua," Ucap Cakra marah-marah sambil memakai sepatunya.
"Gue lupa."
Tanpa mengatakan apapun lagi, Cakra berlari keluar dari Bengkel Bang Jay dan masuk kedalam mobil.
"Tuh anak kenapa?" Tanya Jiwa yang baru saja masuk, telvonnya masih ia genggam.
"Makanya, jangan cuma sibuk ayang-ayangan sama Caya. Ketinggalan berita kan lo," Ejek Guntur.
"Lo kenapa sih Tur, sensi banget sama gue. Lo iri ya sama kisah cinta gue?" Ucap Jiwa dengan nada tak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...